EKBIS.CO, BANDUNG -- PT Bio Farma sebagai perusahaan lifescience kelas dunia berdaya saing global, telah menjajaki perubahan dunia industri yang memasuki industri 4.0. Untuk menjawab tantangan tersebut, Bio Farma mulai menyusun strategi dalam hal penelitian dan pengembangan, proses produksi, supply chain value yang memanfaatkan big data dan artificial intelligence.
Untuk memperkuat hal tersebut, Bio Farma berkolaborasi dengan Direktorat Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian RI, melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU), yang bertujuan untuk melaksanakan kerja sama dalam bidang pilot project, implementasi Industri 4.0 yang. Tujuannya, untuk mendukung program pemerintah “Making Indonesia 4.0”.
Selain itu, untuk membangun hubungan kerja sama yang berorientasi kepada program penumbuhan dan pengembangan industri kimia hilir dan farmasi.
Penandatanganan ini dilakukan oleh Direktur Industri Kimia Hilir dan Farmasi Kementerian Industri RI, Taufiek Bawazier, dengan Direktur Operasi Bio Farma, M. Rahman Roestan pada 30 Oktober 2019 lalu. Implementasi industri 4.0 ditandai dengan penyerahan MoU dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Kementerian Perindustrian Republik Indonesia pada 19 November 2019 diserahkan oleh Direktur Jendral Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Kementerian Perindustrian RI, Muhammad Khayam kepada Direktur Operasi Bio Farma M Rahman Roestan disaksikan oleh Board of Executives, dan seluruh karyawan Bio Farma, di Bio Farma Bandung.
Menurut Muhammad Khayam, MoU ini merupakan pilot project untuk melihat dan mendapatkan gambaran terkini terkait profil dan kinerja perusahaan dan potensinya menuju platform industri 4.0.
“Industri Farmasi di Indonesia, memiliki value added yang sangat tinggi, oleh karenanya, pemerintah telah menaruh perhatian khusus kepada industri ini, dengan dikeluarkannya Inpres No 6 Tahun 2016," katanya.
Bio Farma, kata dia, sebagai bagian dari Industri Farmasi, terpilih menjadi salah satu perusahaan yang mewakili IKFT untuk dijadikan percontohan industri yang siap untuk bersaing di era 4.0.
"Kami harap kesiapan Bio Farma dalam menghadapi persaingan di era internet of things (IoT) ini, bisa di aplikasikan di industri lainnya," ujar Muhammad Khayam.
Sementara menurut M Rahman Roestan, Bio Farma terpilih menjadi percontohan dari industri farmasi se Indonesia untuk menjadi percontohan dalam kesiapan menuju industri 4.0. Saat ini, untuk masuk ke industri 4.0, Bio Farma sudah mempersiapkan teknologi terbaru di era disruptive, seperti Electronic Batch Record (EBR) yang menggunakan teknologi komunikasi sebagai landasannya.
Hal lainnya, kata dia, yang disiapkan oleh Bio Farma adalah melakukan inovasi, dan kolaborasi untuk bisa bersaing di era ini. Karena, kunci dari industri 4.0 adalah connectivit. Yakni, elemen-elemen yang terlibat didalamnya, harus saling terhubung dan terintergrasi.
"Hal yang sudah kami lakukan adalah berkolaborasi bersama pihak Akademesi, Pemerintah, dan Lembaga penelitian baik dalam maupun luar negeri, untuk keperluan transfer teknologi dengan tujuan akhir penemuan produk baru," kata Rahman.
Rahman mengatakan, Bio Farma sudah menambahkan infrastruktur terkait 4.0 antara lain menyiapkan master plan IT untuk mendukung industry pharma 4.0. Serta, membuat pengembangan sistem atau aplikasi pendukung industry 4.0 Termasuk kerja sama riset dengan Untuk membuat Proof of Concept IoT (Internet of Things).
Sementara itu, pada saat yang bersamaan, diserahkan juga Non Disclosure Aggrement (NDA) antara Bio Farma dengan Sucofindo untuk memperkuat pondasi industri 4.0 di Bio Farma. Perjanjian ini diserahkan oleh Penanggung Jawab Proyek Factory Cell 4.0 Ahmad Osman kepada M. Rahman Roestan.
Dalam perjanjian ini, Sucofindo yang ditunjuk oleh Kemenperin RI sebagai konsultan, akan melakukan pendampingan, konsultansi dan evaluasi dalam rangka pelaksanaan Penyusunan Model Factory Cell Industri 4.0 di Bio Farma.
Kerja sama ini, merupakan salah satu bentuk sinergi antar BUMN untuk bersama- sama mempersiapkan diri untuk terjun di industri 4.0.