Senin 25 Nov 2019 00:35 WIB

William Susilo, Dulu Karyawan Kini Bos Tiga Start-up

William Susilo, dia karyawan biasa: bekerja di sebuah konsultan

Rep: Yosa Maulana (swa.co.id)/ Red: Yosa Maulana (swa.co.id)
.
.

Perkenalkan, namanya William Susilo. Mulanya, dia karyawan biasa: bekerja di sebuah konsultan, lalu pindah ke perusahaan properti, sampai akhirnya jadi kepala perencanaan strategis di sebuah konglomerasi nasional. Namun, kini pria kelahiran Februari 1988 itu sukses membesarkan tiga startup: Gorry Holdings, Gradana, serta Velospace & Co. Masing-masing membidangi katering makanan sehat, properti, dan desain interior.

Bagaimana dia bisa bertransformasi seperti itu?

Waktu kita putar dulu ke tahun 2015. Bersama Herry Budiman, William membentuk Gorry Holdings, sebuah ide mengawinkan teknologi dengan makanan sehat. Lini bisnisnya terdiri dari Gorry Gourmet dan Gorry Well.

Gorry Gourmet adalah online healthy food catering. Menggandeng dokter dan ahli gizi, mereka menyediakan makanan sehat yang mudah dan nyaman dengan sistem delivery. Berawal dari fokus menyediakan makanan sehat, sekarang Gorry Gourmet menjadi konsultan kesehatan dan gizi pribadi. Konsumen bisa menunjukkan diagnosis klinis, misalnya diabetes atau kolesterol, untuk dipelajari kira-kira makanan apa yang sesuai. “Kami memperluas pelayanan yang mencakup konsultasi gaya hidup, memonitor keadaan klinis orang dari waktu ke waktu. Kami sebagai perusahaan yang mendapatkan akses untuk tahu keadaan kesehatan konsumen,” kata William.

Dengan kian banyaknya variabel kesehatan yang dikonsultasikan, dibentuklah Gorry Well. Lini ini mengembangkan aplikasi yang memungkinkan konsumen bisa men-submit data pola makan, waktu tidur, makanan yang dikonsumsi, stamina, ataupun aktivitas olahraga yang dilakukan. Konsumen kemudian akan diberi umpan balik berupa informasi nutrisi dari makanan yang mereka submit dan rekomendasi aktivitas olahraga yang tepat. Umpan balik ini dikeluarkan langsung oleh para ahli gizi Gorry Well yang dipadu dengan machine learning. “Dari data tersebut, kami bisa memonitor apakah konsumen pola hidupnya membaik, stagnan, atau malah justru memburuk. Nanti, dari data tersebut, seorang konsumen mendapat skor yang bisa dipantau secara berkelanjutan,” dia menerangkan.

Atas kemampuannya itu, Gorry Gourmet telah digandeng oleh sejumlah perusahaan minyak dan gas, fast moving consumer goods, serta perbankan. Bagian HR perusahaan-perusahaan tersebut menggunakannya untuk memonitor wellness status pegawainya. Kementerian Kesehatan juga meminta Gorry Well untuk menyimpan data macro nutrient dari restoran-restoran di Indonesia. Fitur ini sudah ada di aplikasi Gorry Well dan sudah sekitar 1.000 resto yang terdaftar.

Tak berhenti di sini, William yang berkarier di sektor properti sering melihat banyak temannya kesulitan memiliki properti, terutama sejak fase uang muka (DP). Maka, bekerjasama dengan bank dia pun mendirikan Gradana sebagai P2P lending dengan tiga produk pinjaman: pembayaran DP properti, pinjaman khusus untuk sewa properti, dan pinjaman untuk renovasi. “Kami menjadi simulator bagi nasabah untuk nanti mencicil KPR di bank. Kami membuat cicilan DP semirip mungkin dengan KPR 15 tahun. Jadi, kalau ada nasabah yang telah mencicil DP di Gradana Rp 5 juta per bulan, itu menjadi bukti yang valid bahwa dia juga bisa mencicil KPR 15 tahun di bank,” dia menjelaskan.

Velospace & Co, startup William yang ketiga, lebih banyak bergerak di bisnis design & build. Seiring dengan berjalannya waktu, Velospace & Co di-bundling dengan salah satu produk Gradana, yaitu pinjaman renovasi, supaya orang-orang bisa mencicil untuk merenovasi properti mereka.

Sejauh ini, bisnis William cukup cemerlang. Dia mengungkapkan, bisnis Gorry Holdings dan Gradana tumbuh 100% per tahun. Gorry Gourmet kini memiliki 78 karyawan, mulai dari chef, kurir, hingga ahli gizi, serta dapur yang sudah tersertifikasi ISO. Dalam sehari mereka mampu memproduksi 3.000 paket makanan yang didistribusikan ke Jakarta dan Tangerang, dengan rentang harga per porsi Rp 3 ribu-120 ribu. Sementara itu, Gradana, walaupun investasinya tidak terlalu besar, pertumbuhannya termasuk cepat. Jangkauannya sudah ke Bandung, Palembang, dan Medan.

Memang, tantangannya ada di harga yang lebih tinggi dibandingkan makanan biasa, karena biaya produksi tinggi demi memperoleh bahan baku yang sehat. Tetapi, ini membuktikan bahwa pasar untuk bisnis kami bukan lagi di tahap stabil, melainkan terus tumbuh. Untuk Gradana, bisa dibilang kami adalah pionir dalam P2P lending properti,” kata William.

Semenjak menjadi entrepreneur, dia melihat ada empat tantangan utama dalam membangun startup. Yakni, finansial, validasi pasar, fundraising, dan membuat tim yang kompak. Yang terakhir ini tidak kalah penting. Baginya, percuma mendapat uang jutaan dolar kalau tidak bisa membentuk tim yang baik di dalamnya. “Saya juga menghadapi tantangan ketika merekrut orang-orang yang lebih senior. Salah satu direktur di Gradana adalah mantan managing director di salah satu private equity firm. Sebagai perusahaan baru, kami belum ada apa-apanya dibanding perusahaan lama mereka. Jadi, yang kami jual hanya visi,” ungkapnya.

Istijanto Oei, pengamat pemasaran dari Universitas Prasetiya Mulya, tidak terkejut melihat apa yang dilakukan William. Platform marketplace memang berpeluang besar masuk ke berbagai-kategori baru lantaran banyak kebutuhan konsumen yang selama ini tersembunyi akibat keterbatasan informasi. Yang penting bagi William adalah mampu meminimalisasi risiko. Hal lainnya, Istijanto menyarankan, sekalipun banyak startup yang disentuh, William tetap harus fokus pada bidang yang dikuasai. “Misalnya, fokus ke P2P lending, sebelum merambah startup yang lain. Jadi, lebih baik memilih bisnis yang related integrated. Dengan banyaknya jenis, bisa membuat fokus menjadi terpecah-pecah sehingga lebih banyak dibutuhkan konsekuensi untuk mengintegrasikan,” katanya.

Terlepas dari hal di atas, dalam menjalankan bisnisnya saat ini, lulusan Akuntansi Universitas Indonesia ini mengaku memegang teguh nilai utama, yakni customer centric. Dia selalu menyampaikan kepada timnya untuk tidak mengharap bisnis akan bervaluasi jutaan dolar, tetapi fokus saja pada customer dan inovasi. Maklum, menurutnya, model bisnis Gorry Well atau Gradana belum ada benchmark kisah sukses serupa di luar negeri. (*)

www.swa.co.id

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement