Jumat 29 Nov 2019 05:30 WIB

Dirut Pertamina: Konsumsi Solar Subsidi Naik karena Tol Baru

Konsumsi solar susbidi hingga akhir tahun ini diprediksi mencapai 16 juta kiloliter.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Truk-truk mengantre mengisi Solar bersubsidi.
Foto: Pertamina
Truk-truk mengantre mengisi Solar bersubsidi.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan salah satu penyebab melonjaknya konsumsi solar bersubsidi adalah karena adanya tol baru. Tol jawa dan sumatera kata Nicke menjadi daya tarik para angkutan besar dan truk untuk melewati jalur ini.

"Demikian juga dengan dibukanya jalur tol baik di Jawa maupun di Sumatera. Ini yang kemudian juga membuat permintaan meningkat. Dengan tren permintaanya seperti itu, maka kuota 2019 akan habis di akhir November dan kita melihat memang terjadi kekurangan kuota di beberapa daerah," kata Nicke di DPR, Kamis (28/11).

Baca Juga

Nicke menjelaskan lonjakan konsumsi hingga akhir tahun bahkan diprediksi mencapai 16 juta kiloliter. Ia juga menjelaskan tren konsumsi solar subsidi memang terus naik dari tahun 2017 silam.

Pada 2017 realisasinya 14 juta kiloliter (kl) Pada 2018 meningkat 7,2 persen menjadi 15,36 juta kl. Tahun ini, dari APBN dipatok 14,5 juta kl, tapi karena jebol, prognosa di tahun ini hingga 16 juta KL.

Ia bahkan menambahkan pada 2020 mendatang konsumsi akan naik hingga 17 juta kl. Padahal sebelumnya, APBN sudah mengetok kuota solar subsidi sebesar 13,5 juta kl.

"Kuota yang diberikan tahun ini jika dilihat lebih kecil dari realisasi 2018 dan kita perkiraka nanti tahun depan prognosanya mencapai 17 juta. Dan ini barangkali kami akan meminta DPR sebagai bahan masukan untuk target tahun depan mengingat di APBN masih 15,3 juta kl," ujar Nicke.

Dalam kesempatan sama Nicke menyampaikan bahwa kebutuhan elpiji tiga kilogram atau elpiji bersubsidi diproyeksikan bisa mencapai 7,22 juta metrik ton. Menurutnya, tren konsumsi elpiji tiga kilogram dari tahun ke tahun memang mengalami kenaikan.

"Elpiji subsidi konsumsinya memang meningkat rata-rata empat sampai enam persen per tahun," ujar Nicke.

Nicke menjelaskan bahwa salah satu meningkatnya konsumsi tersebut adalah karena adanya konversi dari BBM ke LPG untuk para nelayan. Apalagi juga ada konversi dari minyak tanah ke gas elpiji di 14 kabupaten kota.

"Ada konversi untuk nelayan kecil di 2019 kemarin untuk 519 ribu paket," ucapnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement