Di usianya yang menginjak 47 tahun, kiprah PT Universal Indofood Product (Unibis) kian bersinar. Termasuk di ranah ekspor. Sejumlah produk andalannya, yakni crackers, sandwich, butter coconut, dan assorted biscuit, yang semua kemasannya berlabel merek Unibis, terus merambah pasar mancanegara.
“Awal mula kami tertarik ke pasar ekspor adalah untuk memperluas pasar dan memperkenalkan biskuit Unibis ke seluruh mancanegara,” kata Sukardi Irawan, Direktur Penjualan & Pemasaran PT Universal Indofood Product, menceritakan titik mula mereka melakukan ekspor.
Berjalan selama 10 tahun, hingga saat ini Unibis telah diekspor ke 36 negara di Asia serta Afrika, dan akan terus bertambah seiring dengan pen- ingkatan kapasitas produksi. “Ekspor kami selalu meningkat dengan kenaikan rata rata 15% per tahun,” Sukardi mengungkapkan dengan rasa bangga Bagaimana pihak Unibis tak bangga. Bagi perusahaan mana pun, peningkatan ekspor merupakan bukti paling sahih produk mereka diterima pasar.
Khusus untuk produk Unibis, Sukardi menjelaskan, hal tersebut tak terlepas dari tiga faktor utama. Pertama, kualitas yang terus dijaga. Mereka hanya menggunakan bahan baku berkualitas tinggi dan higienis. Kedua, harga yang terjangkau (affordable).
“Karena berhubungan dengan makanan, sudah tentu perusahaan harus menjaga mutu dan higienitas. Kami memiliki tim quality control (QC) yang ketat di sini. Kemudian, walaupun harga bahan baku terus naik, kualitas dan harga harus mampu dipertahankan di tingkat yang wajar dan dapat diterima konsumen,” Sukardi menjelaskan.
Selanjutnya, yang ketiga, inovasi tiada henti. Perlahan tetapi pasti, pengembangan produk terus dilakukan. Kini, Unibis memiliki 60 item produk yang digemari pasar. Saking pentingnya pengembangan produk, mereka memiliki tim R&D yang dituntut terus kreatif dalam mengembangkan produk.
Tiga hal di atas, Sukardi menegaskan, begitu diperhatikan manajemen Unibis. Pasalnya, pasar ekspor adalah medan kompetisi yang penuh tantangan dan tak mudah ditaklukkan.
Perusahaan yang ingin menjadi pemenang harus memiliki daya saing tinggi. Sebab, setiap perusahaan akan menonjolkan kelebihan produknya agar diterima buyer di mancanegara. Bahkan, sebelum melangkah jauh, di pintu awal masuk ke pasar ekspor pun, perusahaan sudah harus lulus uji kelayakan sebelum barangnya dikapalkan.
Bagi perusahaan makanan seperti Unibis, salah satu daya saing yang mesti diperhatikan dalam memenetrasi pasar adalah dari sisi citarasa. Maklum, kesuksesan penetrasi pasar di setiap negara kerapkali bergantung pada lidah setempat.
Ada pasar yang lebih menyukai rasa manis, asam, atau bahkan percampuran rasa (mixed). “Namun,paling penting adalah kualitas dan higienitas produk dengan harga bersaing. Menjaga kualitas dan higienitas tidak boleh membuat harga tidak kompetitif,” kata Sukardi menegaskan lagi.
Dia menambahkan, sekalipun lidah orang di tiap negara berbeda, Unibis tidak mengembangkan citarasa (taste) khusus untuk ekspor. “Berhubung produk kami memang berkualitas tinggi, taste untuk pasar ekspor dan lokal tidak kami bedakan.”
Di luar aspek produk (kualitas, higienitas, harga), pasar ekspor tak mudah dijelajahi juga karena regulasi tiap negara tujuan ekspor berbeda-beda. Setiap negara memiliki aturan izin, uji laboratorium, hingga persentase pemakaian bahan baku yang berbeda satu sama lain, yang mau tak mau harus dipatuhi para eksportir sebelum mengirim barang.
Selain peran tim QC di sisi produksi, lalu tim R&D dalam urusan pengembangan produk, tim pemasaran juga dituntut bermain cerdas dalam menembus pasar ekspor. Mereka harus gigih membuka kanal-kanal di pasar mancanegara. Sejauh ini, Unibis belum memiliki kantor cabang dan hanya berhubungan langsung dengan para distributor sebagai buyer. Dari distributor, produk akan disalurkan ke peritel hingga akhirnya dinikmati end user.
Dengan pola seperti itu, guna melebarkan pasar, tim pemasaran Unibis harus piawai menjaring buyer yang akan menjadi distributornya. Dalam konteks ini, jalur pameran adalah kanal yang banyak digunakan. Dari ajang pameran, setelah mencicipi produk Unibis, pihak pembeli akan langsung menghubungi tim pemasaran.
Selain jalur tradisional seperti itu, mereka juga menggunakan kanal pemasaran digital. “Kami bekerjasama dengan beberapa marketplace, seperti Tokopedia, Blibli, dan Shopee, untuk membantu memasarkan produk Unibis. Kami juga menggunakan media sosial, seperti Instagram, Facebook, dan Twitter, untuk mempromosikan brand Unibis sekaligus mengedukasi end user,” Sukardi menjelaskan.
Langkah bermain di semua lini tersebut dirasa perlu karena dunia digital, terutama medsos, memang telah menjadi tempat kerumunan (crowd), khususnya generasi milenial. Mereka jelas harus dijangkau. Unibis, kata Sukardi, memilih tidak membidik segmen usia tertentu. Alhasil, anak-anak hingga orang tua menjadi target konsumennya.
Dengan pencapaian ekspor yang ada, Sukardi mengaku bangga. Unibis telah meraih penghargaan Primaniyarta Export Award di tahun 2018 dan 2019. Namun, dia mengungkap, perusahaannya belum mau berhenti mencetak prestasi. Mereka terus memantau tuntutan atau permintaan pasar (demand) dan berusaha memenuhinya.
Manajemen Unibis meyakini tahun ini pertumbuhan bisa mencapai 20% seiring dengan permintaan yang meningkat, tentunya bersamaan dengan peningkatan kapasitas pabrik-pabriknya. Bagi Unibis, tidak ada cara terbaik untuk meng hargai kinerja sebelumnya selain terus meningkatkan kinerja sekarang dan di masa mendatang.