Senin 02 Dec 2019 19:58 WIB

APPSI Tolak Pemusnahan 20 Ribu Ton Beras Bulog

APPSI menilai pemusnahan 20 ribu ton beras Bulog langkah mubazir

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja memanggul karung beras Bulog. APPSI menilai pemusnahan 20 ribu ton beras Bulog langkah mubazir
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Pekerja memanggul karung beras Bulog. APPSI menilai pemusnahan 20 ribu ton beras Bulog langkah mubazir

EKBIS.CO, JAKARTA -- Rencana pemusnahan beras sebanyak sebanyak 20.000 ton yang hendak dilakukan Badan Urusan Logistik (Bulog) menuai kritik dari masyarakat. Salah satunya Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI).

Ketua Umum APPSI, Ferry Juliantono menegaskan para pedagang menolak rencana pemusnahan beras yang hendak dilakukan oleh Bulog. Dia menilai, pemusnahan beras yang telah tertimbun selama setahun belakangan itu sangat mubazir.

Baca Juga

Mengingat keberadaan beras yang sangat dibutuhkan masyarakat, khususnya kalangan pra sejahtera saat ini.  "Kenapa dimusnahkan kalau masih bisa dimakan?" ungkap Ferry, Senin (2/12) berdasarkan rilis yang diterima Republika.co.id.

Oleh karena itu, pihaknya bersedia menjadi solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Ferry berharap agar pemerintah dapat menghibahkan beras sebanyak 20 ribu ton yang dinilai rusak dan tidak layak konsumsi itu kepada APPSI.

Selanjutnya, beras tersebut akan diolah kembali agar dapat dikonsumsi untuk segera didistribusikan kepada masyarakat tidak mampu. "Hibahkan saja beras ke APPSI nanti kami yang akan mengolah dan mendistribusikannya. Karena masih banyak rakyat yang membutuhkan daripada dimusnahkan," ungkap

Selain itu, menurut Ferry, hibah atas beras tersebut katanya dapat menekan pengeluaran negara. Pasalnya, diketahui biaya pemusnahan beras membutuhkan anggaran miliaran rupiah. "Apalagi proses pemusnahan 20 ribu ton beras juga perlu anggaran negara yang besar," tambahnya

Lebih lanjut, menurut Ferry, fenomena tertimbunnya beras harus dapat menjadi pelajaran bagi seluruh pihak, khususnya Bulog. Sistem penyimpanan beras Bulog harus diubah menyesuaikan musim panen dan jumlah pasokan beras. Dia menerangkan, penyimpanan beras tidak melulu dalam bentuk beras butir, tetapi dapat berupa gabah yang memiki waktu penyimpanan yang lebih lama dibandingkan dengan beras butir.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement