EKBIS.CO, JAKARTA -- Hingga kini langkah-langkah penyehatan Bank Muamalat melalui investor masih belum menemui titik temu. Menurut Chief Economist IEI Sunarsip, hal ini karena masih adanya ego dari masing-masing pemilik saham bank syariah pertama tersebut.
Bank Muamalat mayoritas dimiliki investor asing dengan 32,74 persen oleh Islamic Development Bank (IsDB), 22 persen Bank Boubyan, 17,91 persen dimiliki oleh Atwill Holdings Limited, 8,45 persen dimiliki oleh National Bank of Kuwait, 3,48 persen dimiliki oleh IDF Investment Foundation dan 2,84 persen dimiliki oleh BMF Holdings Limited. Sedangkan sisanya sebanyak 12,58 persen dimiliki oleh investor lokal.
Masing-masing investor ini, kata Sunarsip, memiliki kepentingan masing-masing yang menyebabkan sulit menemukan kesepakatan untuk penyehatan Bank Muamalat. "Karena pemiliknya semua asing, punya kepentingan sendiri-sendiri. Jadi, restrukturisasi susah. Ego pemilik lama susah ketemu investor baru," ujar Sunarsip dalam diskusi Infobank: Skenario Langkah Penyehatan Bank Muamalat di Jakarta, Selasa (10/12).
Sunarsip menilai jika IsDB menyerah untuk menyuntikkan modal, seharusnya rela untuk keluar dari Bank Muamalat. Apalagi kalau bisnis turun, yang diperlukan adalah kepercayaan dari investor agar investor baru yakin dananya akan tumbuh jika diinvestasikan di bank tersebut.
"Kepemilikan tidak lagi mayoritas, tapi mungkin divestasi pemilik lama kepada pemilik baru. Masalah ini bisa dipecahkan kalau pemegang saham lama hilang, diganti yang baru dan ada mayoritas tunggal di situ," ujar Sunarsip.
Padahal bank syariah pertama ini dinilai masih berada dalam kondisi yang baik dan butuh sedikit bantuan untuk mendongkrak bisnisnya yang anjlok. Saat ini rasio kecukupan modal atau CAR Bank Muamalat pada Juni 2019 berada di posisi 12,01 persen. Ini menunjukkan bahwa bank ini dapat bertahan dengan baik tanpa disuntik modal selama lima tahun.
Lambatnya menemukan investor baru untuk memperbaiki bisnis dan rerstrukturisasi kredit macet akan memperburuk kesehatan bank tersebut. "Kalau pemilik lama masih ego dan nggak mau negosisasi, siapa pun investor tidak mau. Karena di manapun investor baru maunya masuk mayoritas, minoritas nggak ada untungnya," kata dia.