Rabu 11 Dec 2019 18:12 WIB

Bank Dunia: Kebakaran Hutan Sebabkan Penurunan Ekonomi

Akibat kebakaran hutan, Indonesia merugi hingga Rp 72,9 triliun.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolanda
Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah Kalsel mengakibatkan kota Banjarmasin terpapar kabut asap.
Foto: ANTARA FOTO/Bayu Pratama
Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah Kalsel mengakibatkan kota Banjarmasin terpapar kabut asap.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Kebakaran hutan yang melanda seluruh Indonesia membuat ekonomi Indonesia terpuruk. Indonesia disebut merugi hingga 5,2 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 72,95 triliun (nilai tukar rupiah 14 ribu per dolar AS). 

Hal itu dikatakan dalam laporan terbaru Bank Dunia yang dirilis Rabu (11/12). Laporan terbaru belum termasuk dampak kesehatan dari kabut asap yang menyebabkan kualitas udara menurun drastis. 

Kebakaran tersebut menimbulkan asap tebal di delapan provinsi di antaranya, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Kalimantan Selaran, Riau, Kalimantan Barat, Jambi, Kalimantan Timur, dan Papua.

Bank Dunia mengatakan, perekonomian Indonesia tercatat merugi mencapai sekitar 5,2 miliar dolar AS setara dengan sekitar 0,5 persen dari produk domestik bruto (PDB). Angka itu termasuk 157 juta dalam kerusakan langsung, dan lima miliar dolar AS dari kerugian di sektor pertanian, industri, perdagangan, pariwisata, transportasi, dan lingkungan.

"Sektor pertanian dan lingkungan membuat lebih dari setengah dari perkiraan kerugian, karena kebakaran merusak tanaman perkebunan yang berharga dan melepaskan emisi gas rumah kaca yang signifikan ke atmosfer," kata Bank Dunia dalam laporan Triwulanan Perekonomian Indonesia dilansir Channel News Agency, Rabu (11/12).

Banyak kebakaran terjadi di lahan gambut yang berawa dan kaya karbon yang mudah terbakar ketika kurang air. Kebakaran tahun 2019 di Indonesia diperkirakan telah menghasilkan hampir dua kali lipat emisi yang disebabkan oleh nyala api di Amazon Brasil tahun ini.

"Perkiraan biaya Bank Dunia tidak termasuk efek jangka panjang dari paparan asap berulang, penyakit pernapasan akut, atau kehilangan waktu sekolah setelah siswa dan guru disarankan untuk tinggal di rumah, tambah pernyataan Bang Dunia.

Kebakaran tidak hanya melalap hutan dan lahan namun juga membuat masyarakat menderita penyakit pernafasan. Setidaknya, terdapat 900 ribu penduduk yang mengalami masalah kesehatan pernapasan, 12 bandara nasional mengalami gangguan operasional. 

PBB telah memperingatkan bahwa kebakaran hutan Indonesia menempatkan hampir 10 juta anak dalam bahaya. Pasalnya, mereka melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap pemanasan global.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement