EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bakrie & Brothers Tbk menyiapkan anggaran belanja modal sebesar Rp 800 miliar pada tahun depan. Adapun anggaran ini akan digunakan untuk mengembangkan usaha ke tujuh anak usaha Bakrie & Brothers.
Direktur Utama Bakrie & Brothers Anindya Novyan Bakrie mengatakan arah kebijakan perusahaannya berfokus kepada prinsip sustainability growth. "Tahun depan menganggarkan belanja modal Rp 800 miliar, dananga berasal dari 60-70 persen internal dan sisanya pinjaman," ujarnya saat konferensi pers di Bakrie Tower, Jakarta, Jumat (13/12).
Anindya merinci pada kuartal tiga 2019 salah satu anak usaha, PT Bakrie Autoparts (BA), unit usaha memproduksi komponen otomotif, mengalami kenaikan EBITDA sebesar 18 persen pada 2018 dibandingkan periode yang sama pada 2017.
"Pada tahun ini Bakrie Autoparts berupaya menambah varian produk dengan komponen otomotif yang marginnya lebih besar serta terus mengembangkan pasar general casting," jelasnya.
Menurutnya pada tahun depan seiring dengan peningkatan proyek infrastruktur, diprediksi akan meningkatkan permintaan armada mobil dan mendongkrak permintaan di daerah. "Kami akan merambah pasar kendaraan penumpang yang menyumbang hingga 77 persen dari total pasar domestik pada tahun lalu," ucapnya.
Kemudian Bakrie Autoparts akan meningkatkan utilitas kapasitas produksi, masuk dalam produksi komponen kendaraan penumpang dan pasar komponen pengganti, meningkatkan segmen non-otomotif dan pengembangan kendaraan listrik untuk penggunaan Provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali.
PT Bakrie Metal Industries, unit usaha yang memproduksi aneka produk baja, mengalami kenaikan penjualan sebesar 18 persen pada 2018. Ke depan, unit usaha akan meningkatkan kapasitas di bidang EPC (engineering, procurement, construction), segmen konstruksi nonmigas, kapasitas pipa baja non-migas untuk konstruksi nasional seperti jalan dan pembangkit listrik, dan penambahan varian produk berupa pipa spiral untuk mendukung sektor industri infrastruktur.
PT Bakrie Building Industries, unit usaha yang memproduksi aneka bahan bangunan, juga terus melakukan serangkaian improvement, dalam menghasilkan sejumlah jenis bahan bangunan yang bermanfaat, sambil terus membenahi proses produksi. Ke depan, BBI akan mengalami peralihan dari manufaktur menjadi penyedia jasa. Selain itu, unit usaha ini juga akan melakukan perluasan pasar ke segmen industri penunjang infrastruktur.
Adapun untuk proyek infrastruktur terdapat sejumlah perkembangan usaha, baik di proyek Kalija Tahap 2, Jalan Tol Cimanggis-Cibitung, PLTU Tanjung Jati A, dan PT Multi Kontrol Nusantara.
"Saat ini kami sedang melakukan kajian terhadap Proyek Kalija Tahap 2. Proyek ini rencananya akan menjadi bagian dari proyek pipa transmisi gas Trans-Kalimantan sepanjang 1.732 kilometer, yang sangat mungkin akan manjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN)," jelasnya.
Sementara proyek Jalan Tol Cimanggis-Cibitung, bekerja sama dengan PT Waskita Toll Road (anak usaha PT Waskita Karya Tbk), perusahaan tengah melakukan penyelesaian konstruksi Seksi I yang ditargetkan selesai pada Desember 2019 dan mulai beroperasi pada Januari 2020. Adapun akuisisi lahan untuk Seksi II di Kabupaten Bogor dan Bekasi telah mencapai 80 persen dari total lahan.
Proyek PLTU Tanjung Jati A 2x660MW, perseroan bekerjasama dengan YTL Jawa Energy BV (anak usaha YTL Corporation Berhad). Proses negosiasi tarif listrik dengan PLN telah selesai dan proses akusisi tanah untuk pembangunan PLTU dan jaringan transmisi telah 99 persen selesai.
Pada bidang infrastruktur teknologi dan komunikasi, melalui PT Multi Kontrol Nusantara (MKN), perusahaan telah menjadi salah satu kontraktor untuk proyek Palapa Ring, proyek Pemerintah untuk pembangunan infrastruktur jaringan telekomunikasi dan internet di seluruh Indonesia.
"Ke depan MKN juga akan menjadi penyedia jasa penyelenggaraan layanan Internet of Things (IOT) untuk industri manufaktur, pertambangan dan utilities," ucapnya.