EKBIS.CO, JAKARTA -- Ketua Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI) Syafrudin meyakini ekspor kopi akan meningkat pada 2019-2020. Hal itu melihat perkembangan bisnis kedai kopi dan kopi kekinian yang sangat pesat di Tanah Air.
"Sekarang kita belum ada datanya, tapi saya katakan ekspor kopi 2019-2020. Bisa dicek nanti angkanya di Kementerian Perdagangan," ujar Syafrudin kepada wartawan di Jakarta, Selasa, (17/12).
Ia menjelaskan, beberapa provinsi di Sumatera merupakan penghasil kopi terbesar di Indonesia, baik jenis Arabika maupun Robusta. "Ini jadi referensi acuan, kalau mau menilai seberapa banyak kopi, ada di Sumatera," kata dia.
Saat ini, lanjutnya, sebanyak 65 sampai 70 persen produksi kopi petani dialokasikan untuk ekspor. Sisanya sekitar 30 persen dijual di dalam negeri.
Syafrudin menyebutkan, sebesar 65 sampai 67 persen kopi Indonesia yang diekspor merupakan jenis Robusta. Sisanya barulah kopi Arabika.
"Kalau dari sisi tujuan ekspornya, untuk kopi Arabika paling banyak ke Amerika Serikat. Lalu kopi Robusta ke Eropa, seperti Jerman dan Belanda," ujar dia.
Terkait harga kopi dunia, Syafrudin menjelaskan, naik turun atau fluktuatif. Pasalnya dipengaruhi kondisi di berbagai negara.
"Penghasil kopi terbesar adalah Brazil. Panennya brazil sangat memengaruhi market kopi di New York, juga di London untuk kopi Robusta. Banyaknya kopi vietnam yang masuk ke dunia pun sangat memengaruhi, termasuk ekonomi di AS," jelasnya. Di Indonesia sendiri, lanjut dia, harga kopi di petani sudah mulai bagus.
Sebagai informasi, berdasarkan data BPS, nilai ekspor kopi Indonesia terus mengalami pelemahan. Pada tahun 2018 ekspor kopi hanya mencapai 817,8 juta dolar AS atau turun sekitar 400 juta dolar AS dibandingkan 2017.