EKBIS.CO, JAKARTA -- Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia memperkirakan Bank Indonesia akan menahan suku bunga acuan pada level lima persen pada penghujung tahun ini. Sebab, Bank Indonesia perlu mengakumulasi lebih banyak cadangan devisa di tengah konsolidasi jangka pendek di pasar keuangan global.
Kepala Penelitian Makroekonomi dan Finansial LPEM UI Febrio Kacaribu mengatakan Bank Indonesia berusaha mempertahankan perbedaan suku bunga dan menarik lebih banyak aliran modal masuk.
“Kami melihat bahwa BI perlu mempertahankan tingkat suku bunga kebijakan sampai akhir tahun dengan tetap menjaga likuiditas dalam sistem perbankan,” ujarnya dalam riset yang diterima Republika di Jakarta, Kamis (19/12).
Apalagi sisi eksternal, menurutnya sikap pelonggaran bank sentral juga berkurang akibat data-data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang membaik, sehingga mendorong aliran modal keluar dari negara-negara berkembang untuk sementara ini. LPEM UI mencatat total akumulasi aliran modal masuk ke Indonesia sejak awal tahun menjadi lebih rendah sebesar 12,5 miliar dolar AS pada pertengahan Desember, dari 12,7 miliar dolar AS pada bulan sebelumnya.
“Di tengah perlambatan ekonomi global akibat aktivitas perdagangan dan investasi yang melemah, data terbaru mengenai kondisi ekonomi makro Amerika Serikat telah membawa sedikit ruang pada sikap pelonggaran moneter the Fed. The Fed sudah memutuskan untuk menghentikan sikap pelonggaran mereka dengan membiarkan tingkat suku bunga tetap,” jelasnya.
Selain itu, konsumsi dan pasar tenaga kerja yang kuat serta kesepakatan antara AS-China merupakan kabar yang baik pada akhir tahun ini. Sementara European Central Bank (ECB) juga telah memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuannya, tetap berlaku nol persen.
Alhasil terjadinya sedikit arus modal keluar ini juga tercermin pada imbal hasil yang lebih tinggi dari obligasi pemerintah 10 tahun dan satu tahun menjadi 7,3 persen dan 5,5 persen pada Desember. Hal ini ditambah pergerakan nilai tukar rupiah tetap stabil dan dalam posisi terapresiasi 3,3 persen sejak awal tahun hingga pertengahan Desember (ytd).
“Gambaran yang lebih baik dari data neraca perdagangan dalam jangka pendek mengurangi tekanan pada CAD, sehingga mengurangi risiko bagi rupiah,” jelasnya.
Adapun tren inflasi dinilai juga tetap rendah dan terkendali. Inflasi umum November 2019 tercatat sebesar tiga persen year on year (yoy), dengan inflasi inti sebesar 3,1 persen yoy akibat normalisasi pada beberapa harga makanan tidak bergejolak telah membantu mempertahankan inflasi umum.
“Kami memproyeksi tren inflasi tidak akan banyak berubah pada tahun 2020 dan tetap berada dalam target inflasi BI yaitu tiga persen plus minus satu persen. Oleh karena itu, empat kali penurunan suku bunga sebelumnya sudah cukup untuk tahun ini,” ucapnya.