PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk meningkatkan kualitas pengawasan internal yang berkesinambungan untuk memastikan pemenuhan aspek TARIF (Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, dan Fairness) di era VUCA. BRI berkomitmen menerapkan hal ini di setiap aspek.
Misalkan saja, mempraktikkan sistem perbankan yang selaras dengan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG) di aspek operasional dan tata kelola SDM di era disrupsi digital. Ini seiring dengan merebaknya produk dan jasa keuangan yang disediakan perusahaan teknologi finansial (tekfin).
Ini merupakan salah satu tantangan bisnis yang dihadapi BRI. Sunarso, Direktur Utama BRI, mengatakan manajemen berupaya mempertahankan dominasinya di dalam negeri. Misalnya memperluas akses nasabah di seluruh Indonesia untuk memperoleh pembiayaan usaha mikro, kecil, dan, menengah (UMKM) serta berkomitmen menggencarkan transformasi digital dan budaya kerja dengan menciptakan model bisnis dan pelayanan yang efisien di era disrupsi digital.
“Biaya-biaya harus diturunkan, proses juga harus dipercepat dengan digitalisasi. Sasarannya, kami akan lebih fokus ke mikro, yaitu ceruk pasar yang belum disentuh bisnis pembiayaan lain,” kata Sunarso.
BRI, dijelaskan Sunarso, akan menciptakan produk-produk keuangan khas tekfin, di antaranya menawarkan pembiayaan dalam jumlah lebih kecil dan tenor yang lebih cepat, dengan proses yang mudah dilakukan secara digital.
“Pertumbuhan bisnis BRI yang berkesinambungan harus mampu melayani rakyat sebanyak mungkin, artinya memperkuat customer based. Dan, melayani ini diupayakan dengan biaya serendah mungkin,” katanya. Program transformasi BRI dikemas sedemikian rupa pada periode 2018-2022 untuk merealisasikan visi BRI menjadi “The Most Valuable Bank in South East Asia and Home for The Best Talent”.
Bank BUMN ini memiliki lebih dari 10 ribu cabang dan 125 ribu pegawai. Digitalisasi di operasional BRI dimaksudkan untuk memangkas biaya operasional dan menurunkan tingkat risiko. “Kami ingin transformasi digital ini menemukan new business model untuk menciptakan value baru. Maka, cara ini diharapkan meningkatkan produktivitas sehingga rasio operational cost-nya menurun,” tutur Sunarso.
Transformasi digital ini dibarengi transformasi budaya kerja pegawai agar mahir menggunakan teknologi yang bisa meminimalisasi kesalahan ketika menjalankan proses bisnis serta beradaptasi terhadap dinamika perekonomian domestik atau global dan munculnya tekfin yang mengubah model bisnis di jasa keuangan.
Azizatuh Azhimah, Direktur Kepatuhan BRI, menambahkan, pihaknya mempraktikkan tata kelola perusahaan yang baik dalam mengimplementasikan transformasi itu. Berbicara tentang GCG, BRI mempertahankan predikat “Sangat Terpercaya” atau “Most Trusted” berdasarkan survei Corporate Governance Perception Index (CGPI) 2019.
”Direksi melakukan pengawasan langsug terhadap proses pelaksanaan transformasi di BRI. Jadi, CEO berperan juga sebagai Chief Transformation Officer,” kata Azizatuh.
Pelaksanaan ini disupervisi oleh seluruh direksi hingga ke struktur jabatan di bawahnya. Contoh hasil transfromasi yaitu BRI Spot, yang melayani nasabah lebih cepat, berstandar, efisien, less paper, dan produktivitas meningkat.
Layanan lainnya adalah Indonesia Mall yang bermitra dengan e-commerce untuk menjual produk UMKM binaan BRI di toko online, antara lain Bukalapak, Blibli, dan Tokopedia. “Namanya Indonesia Mall. Hasilnya, meningkatkan pendapatan para nasabah BRI tersebut hingga 40 persen. Indonesia Mall sudah didaftarkan ke Kemenkumham di tahun 2018, UMKM yang terdaftar sebanyak 150 unit,” Azizatuh menjabarkan.
Tak ketinggalan, BRI berinovasi untuk meningkatkan model bisnisnya, seperti merilis BRI Teman Simpedes. Kemudian, digitalisasi risk management yang menganalisis big data untuk menakar tingkat risiko dan memandu manajemen dalam menetapkan keputusan bisnis.
Azizatuh menyebutkan, hasil transformasi menyokong pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Laba bersih BRI pada 2018 senilai Rp 31,7 triliun atau tumbuh 11,4 persen dibandingkan tahun 2017.
Pada periode ini, dana pihak ketiga mencapai Rp 898 triliun, naik 11,8 persen dan kapitalisasi pasar tumbuh 0,6 persen, mencapai Rp 451,5 triliun. Di sisi lain, BRI mengimplementasikan program corporate social responsibility bertajuk BRI Peduli yang menyalurkan dana sebesar Rp 163,63 miliar di tahun lalu. (*)
Vicky Rachman & Yosa Maulana