EKBIS.CO, JAKARTA -- Panitia pelaksana (panpel) Olimpiade 2020 Tokyo memastikan bahwa anggaran untuk menjadi tuan rumah tidak akan mengalami pembengkakan maupun melebihi yang sudah diperkirakan. Panitia menyatakan anggaran olimpiade tetap di angka 1,35 triliun yen.
"Kami akan terus meyakinkan publik bahwa anggaran olimpiade tidak akan berubah dan tetap akan menelan biaya awal yakni 1,35 triliun yen (12,6 miliar AS dolar atau setara Rp 176 triliun), dan tidak akan lebih daripada itu," kata CEO Olimpiade 2020 Tokyo Toshiro Mutoh seperti dilansir Reuters, Ahad (29/12).
Namun biaya tersebut belum termasuk ke dalam perkiraan 3 miliar yen yang diperlukan untuk memindahkan venue lomba maraton dari Tokyo ke Sapporo.
Permasalahan terkait pemindahan venue memang sempat menimbulkan perdebatan di antara Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan Panpel. Sebab, tak ada yang tahu siapa yang akan menanggung biaya tersebut.
Di tengah perdebatan tersebut, Mutoh memastikan bahwa keputusan pemindahan tersebut sudah tepat. Sebab, apabila tetap dilaksanakan di Tokyo dengan musim panas yang tak dapat dihindari itu justru khawatir akan merugikan atlet.
Mutoh pun enggan berkomentar lebih lanjut tentang siapa yang akan bertanggung jawab atas pembiayaan tersebut. "Ada insentif untuk membuat anggaran tampak sekecil mungkin. Tapi Anda memang butuh uang yang banyak untuk menjadi tuan rumah olimpiade. Sebagai kompromi, Anda mungkin perlu menurunkan kualitas pelayanan," katanya.
Jumlah anggaran tersebut tergolong membengkak apabila menilik anggaran olimpiade selanjutnya. Olimpiade 2024 Prancis hanya menelan biaya 7,6 miliar dolar AS (Rp 106 triliun) dan Olimpiade Los Angeles 2028 yang memiliki rincian anggaran mencapai 6,9 miliar dolar AS (Rp 96,3 triliun).
Mutoh membalas kritik bahwa anggaran yang dikatakan melebihi perkiraan itu disebabkan oleh alat-alat pendukung selama olimpiade berlangsung nanti, seperti pengeluaran untuk meluncurkan satelit pemanau cuaca serta mempromosikan kendaraan ramah lingkungan.