Ahad 05 Jan 2020 06:32 WIB

Thailand Perkuat Sistem Visa Elektronik Lewat Blockchain

Langkah ini untuk mempercepat dan melindungi proses aplikasi visa digital

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Thailand Perkuat Sistem Visa Elektronik Lewat Blockchain. (FOTO: Pixabay)
Thailand Perkuat Sistem Visa Elektronik Lewat Blockchain. (FOTO: Pixabay)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Thailand merupakan salah satu negara dengan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara tertinggi di dunia. Guna memperkuat proses pengurusan visa bagi para turis yang datang, pemerintah negara tersebut dilaporkan bakal segera menerapkan teknologi blockchain pada sistem Electronic Visa on Arrival (eVOA) miliknya.

Baca Juga

Langkah ini diambil lantaran diyakini bakal dapat mempercepat dan melindungi proses aplikasi visa digital yang dilakukan. Sistem ini diklaim bakal segera tersedia untuk sedikitnya lima juta pengunjung dari 20 negara.

Baca Juga: Masa Depan Sektor Keuangan dan Industri Ada di Blockchain

Sebagaimana dilansir dari Cointelegraph, pihak operator eVOA bekerja sama dengan biro perjalanan dari Australia, ShareRing. Oleh pihak ShareRing sendiri, proyek membangun eVOA di atas teknologi blockchain ini juga dijalankan dengan menggandeng Gateway Services, perusahaan pemegang lisensi dari pemerintah Thailand untuk mengerjakan sistem eVOA lebih lanjut.

Disebutkan, niat awal proyek ini terutama untuk wisatawan dari China dan India yang jumlahnya cukup mendominasi.

Dengan sistem baru ini, pemerintah Thailand berharap dapat memperlancar proses pengajuan visa secara langsung di lapangan. Hal ini lantaran diketahui bahwa proses Visa on Arrival (VOA) yang dilakukan di bandara atau titik masuk jalur darat di Negeri Gajah Putih itu selama ini masih berbasis kertas sehingga mewajibkan para wisatawan untuk membawa sejumlah dokumen fisik, seperti salinan cetak tiket pesawat, konfirmasi akomodasi, hingga foto.

"Proses manual berbasis kertas itu selama ini biasanya memakan waktu hingga satu jam untuk benar-benar selesai diproses," ujar perwakilan tim penggarap, pertengahan Desember lalu.

Dengan kondisi yang ada di lapangan tersebut, penggunaan blockchain nantinya diharapkan dapat meningkatkan keamanan dan kecepatan apilikasi via digital. Isu keamanan menjadi penting karena proses yang sepenuhnya dilakukan secara digital, dikhawatirkan dapat memantik praktik penipuan atau kesalahan dari pihak operator eVOA.

Pihak ShareRing mengklaim telah memberikan Gateway Services sebuah sistem yang mandiri, dan memungkinkan pengenalan berbasis sensor mata (optical character recognition/OCR). Selain itu, sistem enkripsi data dalam sistem blockchain juga dipercaya bakal meningkatkan faktor keamanan data karena tersimpan dalam satu file tunggal yang tersimpan rapi di blockchain.

"Kombinasi sistem enkripsi dalam sistem blockchain dan penerapan OCR akan secara signifikan memangkas waktu yang diperlukan bagi mitra eVOA untuk memverifikasi semua informasi dan data yang ada," ujar perwakilan tersebut.

Bagi ShareRing sendiri, proyek eVOA milik Thailand ini dianggap sebagai pilot project yang bila berhasil maka pola pendekatan yang sama bisa dikembangkan lebih luas ke pasar global.

"Kami melihat (proyek) ini sebagai blueprint yang juga bisa dibawa ekspansi ke negara lain. Tapi kami tak mau tergesa-gesa. Kami perlu memastikan bahwa semua berjalan lancar sebelum nantinya masuk ke negara lain," tegas perwakilan ShareRing.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement