Kosa kata ajaib yang tumbuh subur di jagat media sosial saat ini adalah “kekinian”. Ya, kosa kata ini muncul saban hari untuk menunjukkan kegiatan apa pun harus kekinian, yang berarti lagi ngetren, atau populer, atau booming. Aktivitas apa pun kurang afdol jika tidak memasukkan unsur kekinian itu.
Pasangan Arief Muhammad dan Tiara Pangestika yang besar dari dunia medisos tahu betul daya magnet kekinian itu. Sebagai YouTuber idola dan ternama di kalangan anak muda, mereka memanfaatkan konsep kekinian dalam semua bisnis yang digeluti.
Sebutlah, Cakekinian, kue dengan berbagai rasa unik yang sangat hit; lalu Wellplaned.co, planner unik karya Tiara; Hello Nuku, koleksi tas yang fashionable. Lalu Mie Bangcad, olahan mi dengan berbagai rasa yang menggugah selera; Cuancuan.id, yaitu jual ponsel dengan harga miring; minuman Drinkinian yang menyegarkan dengan berbagai rasa yang tidak biasa; dan yang terakhir, Billionaire’s Project, jual merek baju sendiri. Total jenderal ada tujuh usaha milik Arief dan Tipang --sapaan dekat Tiara-- yang menggunakan konsep kekinian.
Arief adalah pemilik laman @poconggg yang ngetop di tahun 2010-an, yang dalam posting-annya sering membagi cuitan lucu dengan kata-kata lawakan yang menjadi angin segar di dunia pertwitteran Indonesia kala itu. Pada masa itu, namanya berkibar di jagat medsos. Apa pun yang dikerjakannya, menghasilkan uang dan popularitas.
Setelah sukses membuat semua orang penasaran dengan sosoknya melalui akun @poconggg, Arief memutuskan menulis buku berjudul Poconggg Juga Pocong pada 2011. Tak hanya buku, Poconggg Juga Pocong sebagai karya pertamanya juga berhasil difilmkan pada akhir 2011 dan meraih antusiasme dari banyak penonton Indonesia.
Tak berhenti sampai di situ, Arief pun kembali menunjukkan kekreatifannya dengan bergabung bersama YouTube sebagai media berekspresi. Diawali dengan berbagai macam video candaan konyol dan tip-tip kekinian, akun YouTube miliknya semakin tenar dikenal orang. Bersamaan dengan itu, jiwa bisnisnya ikut terasah.
Mula-mula ketika masa kuliah, tahun 2014, ia sudah mencoba berbisnis kecil-kecilan dengan berjualan sate Jepang. “Akun Twitter @poconggg saya manfaatkan untuk sarana promosi,” katanya. Ia juga memanfaatkan Ask.fm. “Hanya dalam waktu singkat, sate Jepang kami ramai dikunjungi pembeli, hingga akhirnya dalam satu tahun kami berhasil membuka hampir 100 cabang di seluruh Indonesia.
Setelah tiga tahun bertahan, sate Jepang akhirnya harus tutup. Hal itu tidak membuat Arief jera. Justru setelah itu ia ketagihan berbisnis. Yang menjadi alasan bukan cuma terkait keuntungan. Ia melihat dunia digital entertainment memungkinkannya menentukan semua sendiri, termasuk ke mana bisnis akan dijalankan, tanpa harus bergantung pada pihak lain.
Menurutnya, berkat teknologi digital, paradigma berpikirnya berubah. Dulu, sebagai YouTuber, ia baru dapat job jika ada merek yang mau pakai, sekarang job dari dunia digital sekadar bonus dari bisnis yang dijalankan.
Di antara bisnis-bisnis yang ia kembangkan, Cakekinian menurutnya salah satu yang istimewa dibandingkan yang lain. Mengapa? Karena, bisnis ini dijalankan ketika ia sedang naik daun di YouTube.
“Di sini saya ingin memiliki bisnis yang serius sehingga mencari partner,” katanya tandas. Demi menjaga kelangsungan bisnis Cakekinian, ia berkomitmen, untuk bisnis cake ini ia tidak akan membuka waralaba. “Sejauh ini Cakekinian adalah punya sendiri,” ujarnya menegaskan.
Diceritakannya, awalnya Cakekinian dibuat saat booming kue-kue artis beberapa waktu lalu. Banyak orang beropini, Cakekinian akan bernasib sama dengan kue-kue artis yang tidak berumur panjang. “Akan tetapi, saya bisa buktikan bisnis Cakekinian bisa bertahan, sudah tiga tahun berjalan, dan justru semakin besar,” kata Arief.
Ia membenarkan, saat itu pihaknya memang buka saat sedang ramai dan momentumnya pas. Namun, yang membedakannya kemudian, Arief punya visi dan misi yang jelas, sehingga tidak perlu khawatir bisnis yang dijalankan cepat bubar.
Salah satu kiatnya, mencari mitra yang terbaik di bidangnya dan membuat brand yang jelas. Yang dimaksudkan brand yang jelas, umpamanya, Arief menghindari branding cake yang menonjolkan oleh-oleh dari daerah tertentu, seperti cake para artis. “Menurut saya, itu hanya mengecilkan pasar,” ujarnya.
Selain itu, ia juga tak henti-henti membuat inovasi produk yang variannya dikeluarkan secara bertahap. “Ketika hipe-nya sudah turun, lalu kami naikkan lagi dengan varian terbaru. Kemudian, ketika pasar sudah jenuh, kami keluarkan lagi dalam bentuk lain. Begitu seterusnya,” ungkapnya membongkar resep.
Baginya, dalam bisnis memang harus berani mencoba hal baru. Misalnya, di awal bentuknya seperti cake pada umumnya, menggunakan kotak. Lalu, ia merilis dalam bentuk cup. “Ternyata, sambutannya luar biasa dan terlihat beda,” ceritanya.
Berbagai inovasi dan kebaruan itu diimbangi dengan promosi masif melalui digital. Selain itu, ada juga tim offline yang sengaja menyebar flyer dan brosur ke kantor-kantor. “Kami juga memiliki cake mini yang sering dipesan jika ada gathering kantor atau acara keluarga,” kata Arief berpromosi.
Yang pasti, karakter berbisnis melalui teknologi digital memang tidak sama dengan bisnis melalui media konvensional. Meski tak harus mencantumkan foto diri seperti kebanyakan merek lain, menurut Arief, dalam memanfaatkan teknologi digital harus membuat konten yang kreatif.
“Jangan hanya memanfaatkan jumlah follower karena akan stuck di situ saja,” ujarnya menyarankan. Juga, jangan membeli fans karena itu tidak genuine lagi.
Yang penting, katanya, bagaimana memanfaatkan duta merek lain yang lagi hype tanpa harus berbagi kepemilikan. “Saya tidak pernah mau jika ada artis yang mau jadi brand ambassador tapi dibayar dengan kepemilikan,” kata Arief membuka rahasia.
Dari pengalaman dan pengamatannya, bisnis tidak akan mudah tumbang jika dalam menjalankannya konsisten, tertib, dan profesional. Apalagi, saat ini pasar cepat sekali berubah dan tren terus berkembang. “Kami harus bisa berinovasi terus-menerus,” ungkap Arief. Ia menyadari, inovasi menjadi kunci keberhasilan yang menentukan.
Bagi Arief, konsekuensi berbisnis adalah harus mau mengulik dan tidak malu-malu. Terkadang orang hanya ingin punya bisnis yang keren, tetapi malu-malu berproses jika tampak tidak keren. “Kalau saya lebih berpikir realistis saja. Saya melihat bisnis itu ada dua, yaitu mencari pride dan mencari profit,” katanya tandas.
Setelah semakin banyak melihat bisnis orang, Arief berkesimpulan, terkadang bisnis yang terlihat keren itu belum tentu menghasilkan ketimbang bisnis yang keliatannya cemen. “Siapa yang tidak mau punya bisnis yang keren seperti ada di mal-mal, namun saya mengesampingkan itu dan lebih memilih bisnis yang menghasilkan saja,” kata peraih penghargaan dalam bidang Lifestyle, Fashion, and Beauty pada acara XYZ Day 2018 di Jakarta ini.
Arief merasa beruntung sang istri, Tipang, bersedia turut membangun bisnis bersama. Meskipun karakter masing-masing dalam menjalankan bisnis berbeda, kerjasama sebagai pasangan suami-istri dirasakan saling melengkapi.
“Dalam berbisnis, saya serius mencari profit, sedangkan istri lebih memilih karena dia suka,” katanya. Ia mencontohkan pilihan bisnis sang istri, yatu Hello.Nuku (sepatu) dan wellplanned.co (notebook), karena memang ia suka buku, suka baca, dan ingin berjualan itu.
Perbedaan lain, Arief berbisnis dengan lebih banyak menggunakan feeling, sementara sang istri cenderung pakai hitung-hitungan yang jelas, well-planned. Arief cenderung berani mengambil keputusan, sebaliknya sang istri lebih berhati-hati.
“Perbedaan ini membuat kami saling melengkapi,” ungkapnya. Arief mengakui, sang istri bisa memberikan insight, dan mereka saling memberikan masukan.
Menurut Arief yang terpilih sebagai Influencer of The Year dan Top YouTube Personality di ajang Influence Asia 2017 di Malaysia ini, menjalankan bisnis memang tidak harus jago dalam segala hal.; tidak harus mengerjakannya semua sendiri. Kalau kita punya ide, tetapi tidak punya modal, bisa mencari investor. Kalau punya uang, tetapi tidak punya waktu, ide, dan tenaga, tinggal mencari yang punya tenaga, ide, dan waktu.
Intinya, kata Arief, bisnis selalu meliputi empat hal: investor yang punya modal, kontraktor yang mengerjakannya, konseptor yang punya ide, dan konektor yang mengumpulkan semuanya. “Jadi, bisnis itu tidak susah, tinggal bagaimana kita mencari tahu tipe yang mana,” katanya.
Rencananya, Arief akan membangun experience hub, yang akan mengumpulkan dan mengurasi banyak komunitas dan merek di dalam mal. “Kami akan membuat mal di dalam mal. Dan, ini akan ada full dalam setahun di salah satu mal di Jakarta,” ungkapnya tentang proyek baru yang segera direalisasikannya. (*)
Dyah Hasto Palupi/Sri Niken Handayani