EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menargetkan pertumbuhan ekspor sejumlah komoditas perkebunan hingga tiga kali lipat dalam lima tahun ke depan. Ia mendorong agar para produsen dan eksportir kopi, kelapa, lada, pala, dan vanili dapat memacu produksi komoditas perkebunannya.
"Harus dibantu oleh stakeholder lainnya, eksportir, pengusaha hingga di level paling bawah untuk mengembangkan," kata Syahrul dalam Rapat Koordinasi Gerakan Ekspor Tiga Kali Lipat (Gratieks) di Kantor Pusat Kementerian Pertanian Jakarta, Rabu.
Menurut Syahrul, target tiga kali lipat pertumbuhan ekspor dalam lima tahun itu dipatok karena perkebunan paling tidak membutuhkan waktu tanam dua sampai tiga tahun. Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Perkebunan Kementan Kasdi Subagyono menyebutkan bahwa ada tujuh komoditas perkebunan yang saat ini belum optimal, namun potensial untuk diekspor.
Ketujuh komoditas tersebut ialah kopi, kakao, kelapa, jambu mete, lada, pala, dan vanili. Peningkatan produktivitas dan volume ekspor pada tujuh komoditas tersebut akan dilakukan melalui program Gerakan Peningkatan Produksi, Nilai Tambah, dan Daya Saing (Grasida).
Sementara itu, Kementan juga akan menggenjot produksi pada komoditas perkebunan lainnya di luar Program Grasida, yakni teh, cengkeh, karet, kelapa sawit, kayu manis, dan nilam. Hingga 2024, Kementan menargetkan nilai ekspor komoditas perkebunan mencapai Rp1.000 triliun dari saat ini yang masih berkisar Rp300 triliun.
"Kami sudah punya target sampai lima tahun ke depan sampai 2024. Pertumbuhannya harus lebih dari tiga kali lipat, minimal 300 persen. Utamanya di kopi bisa 400 persen karena potensinya besar, kelapa juga demikian," kata Kasdi.
Kasdi mengatakan bahwa untuk mencapai target tersebut, setidaknya produksi tiga komoditas harus naik 35 persen hingga 2024 atau rata-rata sekitar tujuh persen per tahun. Melalui pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Perkebunan dan didukung oleh stimulus program Kostra Tani di level kecamatan, Kementan optimistis target tersebut dapat tercapai.