Selasa 14 Jan 2020 09:56 WIB

Keuangan Syariah Global Hanya Tumbuh 3 Persen pada 2018

Perlambatan keuangan syariah global tercermin di tiga negara, termasuk Iran.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolanda
Islamic Finance Development Report 2019 melaporkan pertumbuhan keuangan syariah global melambat jadi tiga persen pada 2018, merosot tajam dari tujuh persen tahun sebelumnya.
Foto: Republika/Prayogi
Islamic Finance Development Report 2019 melaporkan pertumbuhan keuangan syariah global melambat jadi tiga persen pada 2018, merosot tajam dari tujuh persen tahun sebelumnya.

EKBIS.CO,  KUALA LUMPUR -- Islamic Finance Development Report 2019 melaporkan pertumbuhan keuangan syariah global melambat jadi tiga persen pada 2018, merosot tajam dari tujuh persen tahun sebelumnya. Meski demikian, total aset seluruh industri dilaporkan tetap tumbuh.

Ini menandai ekspansi lambat kedua setelah 2014, sejak Islamic Finance Development Indicator (IFDI) diperkenalkan pertama pada 2012. Perlambatan pada 2018 mencerminkan penurunan tren di tiga negara utama, yaitu Iran, Arab Saudi dan Malaysia.

Ketiga negara yang memiliki aset keuangan syariah lebih dari 500 miliar dolar AS, menyumbang 65 persen dari total aset keuangan syariah global pada 2018. Meskipun pertumbuhan lebih lambat, total aset di seluruh industri dilaporkan tumbuh menjadi 2,52 triliun dolar AS pada 2018, dari 2,46 triliun dolar AS tahun sebelumnya.

Aset Malaysia tumbuh lima persen menjadi 521 miliar dolar AS pada 2018. Pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan dengan lonjakan pertumbuhan sebesar 18 persen yang tercatat pada 2017.

Sukuk dan perbankan syariah, yang merupakan pendorong utama pertumbuhan pada 2017, mencatat kinerja buruk pada tahun 2018. Padahal sektor ini menyumbang 83 persen dari total aset keuangan syariah.

"Ini terutama berlaku untuk sukuk, yang melonjak kuat pada 2017 karena peningkatan tajam penerbitan obligasi pemerintah, sementara tingkat penerbitan pada 2018 menurun," kata laporan yang dilansir di The Malaysian Reserve, Selasa (14/1).

Sementara itu, aset Iran merosot satu persen menjadi 575 miliar dolar AS karena terseret depresiasi lanjutan dari riyal yang disebabkan oleh sanksi AS. Padahal, lembaga keuangan Islam Islam di sana mencatat pertumbuhan hingga 17 persen dalam mata uang lokal.

Nilai dana Islam Iran juga menurun dari 2017 meskipun sukuk yang beredar meningkat secara signifikan seiring dengan kenaikan penerbitan sukuk. Di Arab Saudi, pertumbuhan aset keuangan syariah melambat menjadi enam persen pada 2018 menjadi 541 miliar dolar AS, dibandingkan dengan pertumbuhan tujuh persen pada 2017.

Perlambatan pasar terbesar kedua ini disebabkan oleh penurunan dana syariah dan pertumbuhan sukuk yang lebih rendah. Untuk Arab Saudi, perbankan Islam dan sektor takaful tetap tumbuh meskipun lembaga keuangan Islam lainnya mencatat sedikit penurunan.

Pertumbuhan total aset lembaga keuangan Islam di seluruh industri juga merosot tahun lalu. Sebanyak 49 persen dari lembaga-lembaga tersebut melaporkan penurunan aset selama setahun.

Aset yang dimiliki oleh sektor perbankan Islam, yang memegang 70 persen dari total industri, tumbuh dua persen menjadi 1,76 triliun dolar AS pada tahun 2018. Sedangkan aset sektor terkecil industri yakni takaful atau asuransi syariah tumbuh satu persen menjadi 46 miliar dolar AS.

Aset yang dimiliki oleh lembaga keuangan Islam lainnya merosot dua persen menjadi 140 miliar dolar AS. Sementara itu, sukuk yang jadi sektor dengan pertumbuhan tercepat berkembang 10 persen seiring dengan pertumbuhan sukuk multilateral dan sukuk untuk mendukung pengeluaran pemerintah yang berlanjut dari tahun-tahun sebelumnya.

Kelas aset sukuk juga merupakan bagian terbesar dari pasar modal syariah dengan aset 470 miliar dolar AS. Namun, aset dana Islam merosot 10 persen menjadi 108 miliar dolar AS, sebagian besar karena kinerja negatif di 24 dari 28 pasar sektor tersebut.

Sejumlah 84 dana Islam dilikuidasi atau digabung selama 2018, dengan total aset yang dikelola 407 juta dolar AS. Di sisi lain, Maroko, Ethiopia dan Suriname mampu memasukkan aset yang dipegang oleh bank-bank Islam yang baru didirikannya, seperti Bank Umnia Maroko dan Bank Trustah Amanah Suriname, keduanya dibuka pada 2017.

Tahun 2018 juga menjadi penerbitan sukuk pertama Maroko. Negara ini Maroko menjadi salah satu pasar dengan pertumbuhan tercepat tahun ini, bersama dengan Siprus dan Ethiopia.

Mengingat perkembangan di berbagai sektor industri keuangan Islam dan ekosistem di sekitarnya, total aset keuangan Islam diproyeksikan akan tumbuh menjadi 3,5 triliun dolar AS pada tahun 2024. Dengan asumsi tingkat pertumbuhan tahunan majemuk sebesar 5,5 persen dari tahun 2018.

"Prakiraan ini telah direvisi turun dari yang disediakan dalam IFDI 2018 untuk mencerminkan perkembangan saat ini," kata laporan itu. Laporan pengembangan keuangan Islam dirilis oleh penyedia data dan infrastruktur pasar keuangan, Refinitiv baru-baru ini, bersama dengan Islamic Corp untuk Pengembangan Sektor Swasta.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement