EKBIS.CO, JAKARTA -- Finansial teknologi peer to peer lending yang bergerak di sektor properti syariah kian kebanjiran permintaan. Seiring dengan peningkatan literasi masyarakat, porsi lender dan borrower semakin meningkat.
CEO Ethis Crowd, Ronald Yusuf Wijaya menyampaikan saat ini kondisi di perusahaannya lebih banyak mitra lender. Sebanyak 99 persen adalah lender ritel asing dari sekitar 50 negara dan mayoritas non-Muslim.
"Kita semuanya lender ritel, dan belum ada superlender," kata Ronald usai diskusi fintek syariah Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) di Jakarta, Selasa (14/1).
Menurutnya, porsi lender ritel domestik akan ditingkatkan jadi sekitar 20 persen pada 2020. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan literasi, edukasi, juga promosi pada masyarakat.
Ronald mengatakan tren lender P2P di luar negeri adalah mayoritas ritel. Hanya sedikit dana yang berasal dari institusi atau superlender. Ini karena tingkat literasi investasi di luar negeri lebih tinggi daripada di Indonesia.
Menurutnya, banyak dana-dana yang siap masuk dari luar karena investasi di sektor riil Indonesia sangat menjanjikan imbal hasil tinggi dibanding negara lainnya. Hingga saat ini, Ethis Crowd telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 110 miliar per Januari 2020 sejak berdiri. "Tahun ini kita targetkan sekitar 500 miliar," katanya.
Ronald menyampaikan, Ethis Crowd rata-rata membiayai proyek pembangunan properti rumah dengan nilai sekitar Rp 2 miliar- Rp 20 miliar. Nilai imbal hasil yang ditawarkan sekitar 15-20 persen per tahun.
Menurutnya, investasi di sektor properti tergolong aman karena mereka hanya membiayai proyek yang sudah berjalan atau yang sudah ada pembelinya. Selain itu, imbal hasil yang ditawarkan cukup menjanjikan karena underlyingnya jelas, yakni tanah dan atau bangunan yang nilainya selalu naik.
CEO Dana Syariah, Taufiq Aljufri juga menyampaikan tren permintaan pembiayaan di P2P sektor properti syariah sangat menjanjikan. Sebagai gambaran, jumlah pengajuan pendanaan dari borrower mencapai 10 kali lipat lebih besar daripada ketersediaan dana dari lender.
"Artinya jumlah developer properti yang mencari dana lebih besar dari dana yang tersedia untuk disalurkan," katanya kepada Republika.
Untuk mengatasinya, Dana Syariah sudah menjajaki kerja sama channeling dengan lima bank syariah. Dalam tahun ini, ia berharap sudah bisa menyalurkan pembiayaan dengan 50 persen dana berasal dari superlender.
Taufiq menyampaikan target ekspansi Dana Syariah tahun ini sekitar 150 persen, ditunjang pengalaman tahun lalu yang tumbuh sekitar 200 persen. Kedepan, ia optimis dengan peningkatan tren halal lifestyle, termasuk dalam berbisnis maka peluangnya akan lebih besar.
Taufiq menyampaikan dalam setengah bulan Januari 2020, Dana Syariah sudah menyalurkan pembiayaan sekitar Rp 39,75 miliar. Ia memproyeksikan pada dalam satu tahun ini, perusahaan bisa menyalurkan hingga Rp 700-800 miliar.
"Kalau dengan dana-dana dari superlender, bisa tumbuh hingga 300-400 persen," katanya.
Per Januari 2019, total pembiayaan yang sudah disalurkan Dana Syariah mencapai lebih dari Rp 308,44 miliar ke sekitar 455 proyek. Tingkat keberhasilan proyek mencapai 99,85 persen.
Ia juga mendorong porsi lender ritel yang kini jumlahnya 100 persen. Totalnya mencapai 70 ribu akun yang berkontribusi 100 persen pada seluruh pendanaan.
Menurutnya, tingkat investasi di properti syariah sangat menjanjikan karena mereka hanya mendanai proyek yang sudah jelas. Tingkat imbal hasil yang ditawarkan mulai dari 18-25 persen per tahun.