EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan harga jagung di tingkat petani masih stabil dan tidak menunjukkan peningkatan harga. Kekhawatiran sejumlah pihak terkait potensi kenaikan harga jagung akibat adanya penurunan produksi dinilai Kementan tidak terbukti.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Suwandi menyatakan, berdasarkan laporan langsung dari lapangan yang diterima pihaknya, harga jagung berada di bawah Rp 4.600 per kilogram (kg).
"Harga jagung masih stabil. Masyarakat tidak perlu khawatir karena ketersediaan jagung di lapangan masih mencukupi kebutuhan Indonesia," kata Suwandi kepada Republika.co.id, Jumat (17/1).
Hingga Kamis (17/1) berdasarkan laporan yang diterima Kementan, wilayah Sulawesi Utara, Sumatera Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Gorontalo masing-masing terdapat area penanaman jagung aktif sekitar 200 ribu hektare. Ia mengatakan, di bulan ini di wilayah-wilayah itu akan memulai panen jagung.
"Dari laporan petugas informasi pasar rata-rata harga jagung berkisar Rp 4.000 dengan kadar air 17 persen," katanya.
Sebagai contoh, di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara, harga jual jagung tingkat petani sebesar Rp 3.900 per kg dengan kadar air antara 25-30 persen atau jagung pipilan panen dan belum dikeringkan. Adapun, jumlah lahan di Kabupaten Karo yang siap panen seluas 9.000 hektar. Jumlah luas panen ini merupakan terbesar kedua pada masa tanam ketiga pada tahun 2019.
Sementara itu, di Kabupaten Bireun Provinsi Aceh, harga jual jagung dari petani sebesar Rp 4.100 per kg dengan kadar air 16 persen. Harga jual itu dinilai berada pada kisaran yang wajar dan tidak menunjukkan adanya kelangkaan jagung yang berarti di pasaran. Saat ini, Bireun sedang masuk masa panen raya jagung dengan luas panen sebesar 6.000 hektar.
Pihaknya menegaskan, cuaca ekstrem beberapa bulan terakhir yang mempengaruhi sektor pertanian tidak begitu signifikan menganggu produksi. Musim kemarau yang panjang hingga akhir tahun lalu dan curah hujan tinggi awal tahun ini telah diantisipasi Kementan agar produktivitas maupun produksi komoditas jagung tidak terganggu.
Pada bulan Januari ini, Suwandi mengatakan, Kementan tengah mengejar musim tanam sekaligus mengamankan sejumlah sentra yang sedang memasuki masa panen. "Kita kumpulkan semua Dinas Pertanian Kabupaten dan Kota untuk bergerak bersama mulai kejar tanam bulan ini," ujarnya.
Kementan juga telah memiliki petugas di 245 kabupaten yang setiap hari melaporkan perkembangan harga secara digital. Hal itu sebagai upaya monitoring intensif Kementan terhadap fluktuasi harga jagung di lapangan.
"Kalau kita tahu secara riil, tentu kita siapkan langkah untuk antisipasi gejolak harga," katanya.
Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), Said Abdullah, mengatakan, jika situasi produksi belum stabil dalam waktu lama, lambat laun bisa menaikkan harga jagung dan berdampak pada kenaikan harga telur ayam. Sebagaimana diketahui, peternak layer merupakan pengguna jagung langsung sebagai pakan ternak.
Berbeda dengan situasi yang dihadapi peternak ayam broiler di mana harga daging ayam saat ini masih sangat rendah akibat adanya penurunan daya beli maupun permintaan masyarakat.
Untuk mengamankan komoditas jagung ke depan, Said menilai tata kelola produksi jagung harus dipastikan dari sisi kestabilan pasokannya. Produksi yang meningkat sesaat tanpa berkelanjutan dan yang diikuti dengan kebijakan larangan impor jagung sepanjang tahun bisa menjadi jebakan bagi pemerintah sendiri.
"(Larangan impor) bisa menjadi cara yang baik. Tapi hendaknya di lakukan secara matang. Produksi harus ditata secara baik, karena yang diperlukan adalah kestabilan yang kuat sepanjang tahun," tegas Said.