Ahad 19 Jan 2020 13:50 WIB

Pekan Depan IHSG Berpeluang Melemah

Pasar sedang diwarnai sentimen negatif sehingga IHSG berpeluang melemah.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Dwi Murdaningsih
Karyawan beraktivitas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) usai Pembukaan Perdagangan BEI Tahun 2020 di Jakarta, Kamis (2/1).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Karyawan beraktivitas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) usai Pembukaan Perdagangan BEI Tahun 2020 di Jakarta, Kamis (2/1).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan depan diperkirakan akan melemah. Direktur PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee, mengatakan hal tersebut lantaran pasar sedang diwarnai sentimen negatif. 

Salah satunya yaitu tensi perang Timur Tengah. Meski sempat mereda dan memberikan pengaruh positif terhadap pasar, menurut Hans, investor masih perlu mewaspadai kemungkinan kembali panasnya ketegangan geopolitik AS-Iran.

Baca Juga

Pasar menanti langkah sangsi baru mungkin diberikan AS kepada Iran terkait pengayaan uranium dan tudingan Teheran sengaja menyerang fasilitas AS di Irak. Inggris, Prancis dan Jerman juga secara resmi menuduh Iran melanggar perjanjian nuklir yang disepakatai 2015.

"Hal ini membuat peluang sanksi-sanksi kembali dikenakan," ujar Hans, Ahad (19/1).

Sentimen lainnya juga datang dari kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Meski sempat memberikan sentimen positif terhadap pasar, kesepakatan dagang dua negara ini dinilai belum cukup kuat.

Menurut Hans, langkah Departemen Keuangan AS yang mengeluarkan China dari daftar manipulator mata uang menjadi sentiment positif pasar. Ini merupakan isyarat niat baik ketika delegasi China yang dipimpin Wakil Perdana Menteri Liu He melakukan penandatanganan perjanjian perdagangan parsial.

Perwakilan AS dan China telah melakukan penandatangan kesepakatan perdagangan parsial. Di dalam kesepakatan tersebut AS setuju untuk tidak mengenakan tarif tambahan dan mengurangi tarif terhadap sejumlah barang China senilai 120 miliar dolar AS. Bagian kesepakatan lain adalah China akan meningkatkan pembelian produk AS.

Selain itu perjanjian perdagangan AS-China juga mencakup ketentuan untuk mengekang pencurian kekayaan intelektual bersama dengan transfer teknologi. Hal ini masih harus di bahas antar kedua Negara karena berbedaan pendapat kedua Negara.

"Kesepakatan fase satu ini dipandang masih sangat rapuh karena banyak hal teknis yang harus dibicarakan," kata Hans.

Hans melanjutkan, pernyataan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin yang menyebut Amerika mempertahankan tarif barang-barang China sampai kesepakatan tahap kedua berakhir juga menjadi sentiment negatif pasar. Laporan Bloomberg News sebelumnya mengatakan AS bisa mempertahankan tarif lebih dari 300 miliar dolar AS terhadap barang-barang impor dari China sampai November 2020.

Setelah negosiasi perang dagang AS China pasar menanti kelanjutan negosiasi AS dan Uni Eropa. Dikabarkan Hogan menyatakan terdapat sinyal positif terkait pembicaraan dengan Robert Lighthizer, Representative Trade USA di Washington.

Pembicaraan dilakukan terkait keinginan Komisi Uni Eropa untuk melakukan menegosiasikan sengketa perdagangan terbuka antara AS dan Uni Eropa. Negosiasi kedua wilayah diharapkan menjadi langkah baik dalam memecahkan masalah-masalah seperti pajak digital Perancis dan subsidi industri dirgantara.

Langkah Otoritas China yang dalam beberapa bulan terakhir menerapkan kebijakan untuk mendorong aktivitas ekonomi seperti melonggarkan batas kredit dinilai berhasil. Pertumbuhan ekonomi China berhasil tumbuh 6,1 persen di periode tahun 2019, dan hal ini sesuai dengan perkiraan para analis. 

"Hal ini menujukan hal yang positif bagi Negara tersebut. Ini menjadi sentiment optimisme pasar," tutur Hans.

Melihat sejumlah sentimen yang ada di pasar, Hans melihat IHSG berpeluang konsolidasi melemah pekan ini dengan support di level 6255 sampai 6218 dan resistance di level 6.300 sampai 6.348. "Pelaku pasar di rekomendasikan SOS ketika pasar menguat," ucap Hans.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement