EKBIS.CO, JAKARTA -- Perjalanan membentuk Bank Umum Syariah (BUS) Buku IV dinilai masih cukup panjang dan memakan waktu. Sejumlah opsi telah mengemuka, diantaranya mengembangkan BUS yang sudah ada, merger bank, hingga konversi bank Buku IV.
Pengamat Keuangan Syariah, Ronald Rulindo menyampaikan mengembangkan BUS menjadi opsi yang paling memungkinkan. Namun ini pun perlu dibantu dengan sejumlah kebijakan khusus lainnya.
"Kalau pakai cara normal akan lama bagi bank syariah untuk mencapai buku IV," katanya kepada Republika, Rabu (22/1).
BUS yang menjadi calon potensial adalah anak perusahaan PT Bank Mandiri (Persero), yakni PT Bank Syariah Mandiri yang sudah Buku III. Mandiri Syariah memiliki modal inti sebesar Rp 8,4 triliun per September 2019.
Menurut Ronald, 2024 dapat menjadi target waktu terbentuknya BUS Buku IV. Ini seiring dengan rencana Masterplan Industri Jasa Keuangan yang akan dibuat untuk periode 2020-2024.
"Memang yang paling mungkin itu adalah segera memperbesar Mandiri Syariah, karena bank syariah lain size-nya masih relatif kecil," katanya.
Untuk memenuhi ketentuan modal inti Rp 30 triliun, perjalanan masih panjang. Tanpa suntikan modal yang sangat besar dari induk, atau aksi anorganik spesial lainnya, target Rp 30 triliun sulit tercapai.
Secara organik, pertumbuhan modal inti Mandiri Syariah sekitar Rp 1 triliun per tahun, jika dilihat dari 2018-2019. Ronald menyampaikan jika Mandiri Syariah bisa dapat modal dari induk total Rp 15 triliun, maka kemungkinan sisanya bisa berasal dari Tier 2 Capital seperti sukuk subordinasi.
Suntikan modal jumlah besar tersebut, menurutnya memungkinkan jika Return on Equity (ROE) Mandiri Syariah lebih besar dari induknya. ROE Mandiri Syariah tercatat 14,55 persen per September 2019, naik dari 7,98 persen (yoy).
Sementara, ROE Mandiri tercatat sebesar 15,27 persen per September 2019. Ronald menambahkan, harapan masyarakat untuk konversi juga sebenarnya tetap tinggi meski sulit. Termasuk merger bank-bank syariah yang sudah ada.
Jika semua bank syariah anak perusahaan BUMN digabung pun, total modal inti sekitar Rp 20 triliun. BNI Syariah mencatat modal inti Rp 4,5 triliun per September 2019, dan BRI Syariah sebesar Rp 4,7 triliun.
"Keputusan ada di Presiden, menteri keuangan dan menteri BUMN tentunya," kata mantan Direktur Inovasi Produk, Pendalaman Pasar, dan Pengembangan Infrastruktur Sistem Keuangan Syariah, Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) ini.