EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir ingin BUMN ikut membangun ekosistem industri pertahanan yang lebih optimal. Alih-alih membuat superholding BUMN, Erick lebih setuju dengan rencana membentuk klaster berupa sub-sub holding BUMN dengan tujuan agar BUMN bisa semakin bersinergi dan meningkatkan kemampuan.
"Di industri pertahanan kita juga melakukan itu, sudah ada klasternya, dengan tujuan bagaimana peran industri pertahanan membangun ekosistem yang sehat, tidak hanya perushaan BUMN tapi juga swasta," ujar Erick saat menghadiri pameran industri pertahanan dalam negeri, baik nasional maupun swasta di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis (23/1).
Erick menilai sinergitas menjadi kata kunci dalam kemajuan BUMN. Menurut mantan pemilik Inter Milan itu, peningkatan kualitas BUMN tak bisa dilakukan secara sendiri tanpa memerlukan dukungan dari BUMN lain atau pihak swasta.
Erick mengambil contoh BUMN yang bergerak di bidang industri galangan kapal, PT PAL (Persero) yang menurutnya tidak mungkin membangun kapal dengan kemampuan sendiri, termasuk dari komponen kapal tersebut.
"Saya rasa tidak mungkin misalnya PT PAL membuat kapal dari nol sampai jadi 100 persen buatan PAL. Pasti PAL kerja sama dengan banyak pihak lain," ucap Erick.
Meski begitu, Erick mendorong peningkatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dalam setiap produksi yang dilakukan BUMN. Erick mengaku sudah berdiskusi dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang ingin adanya cetak biru dalam industri pertahanan dalam negeri guna mendorong peningkatan TKDN.
"Saya rasa Pak Presiden, Pak Prabowo visinya sama kepastian sinergi untuk order 10 tahun sampai 15 tahun ke depan itu yang harus diprioritaskan supaya ada cetak biru supaya bisa tekan komponen impor. Kalau ada kepastian order, pasti industri dalam negeri akan berkembang," kata Erick.
Prabowo, kata Erick, menyampaikan perlunya ada cetak biru hingga 15 tahun ke depan apabila ingin industri pertahanan Indonesia maju. Menurut Erick, cetak biru mampu mendorong peningkatan kapasitas produksi dan juga teknologi serta bahan baku.
"Kalau tanpa ini, yang namanya industri pertahanan pasarnya sedikit. Tidak lain mensuplai TNI, polri. Beda dengan di Amerika misalnya, peluru di sana masyarakat bisa beli pistol, kita kan tidak. Ini kenapa sinerginya harus tetap dijalankan," ungkap Erick.