EKBIS.CO, JAKARTA -- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyebut saat ini pertumbuhan penyaluran kredit perbankan masih melemah di bawah tujuh persen. Hal ini disebabkan kebijakan pemerintah menerbitkan Surat Berhaga Negara (SBN).
Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah mengatakan pertumbuhan penyaluran kredit yang melemah dapat mengurangi kebutuhan likuiditas perbankan.
"Pertumbuhan kredit kuartal I 2020 diperkirakan belum tinggi, pertumbuhuannya diperkirakan tidak terlalu berbeda dengan akhir tahun lalu diperkirakan masih di bawah 7 persen," ujarnya saat konferensi pers di Kantor LPS, Jakarta, Jumat (24/1).
Menurutnya likuiditas perbankan hingga Desember 2019 masih akan stabil dan terjaga di tengah pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang masih kuat. LPS pun mencatatkan pertumbuhan DPK sepanjang 2019 telah mencapai 6,54 persen.
“Kami optimistis stabilitas keuangan masih tetap terjaga dengan likuiditas yang memadai,” ucapnya.
LPS mencatat Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan hingga Desember 2019 mencapai 94,57 persen. Ke depan, LPS mengimbau kepada perbankan dapat mewaspadai beberapa risiko diantaranya tekanan likuiditas pada sebagian bank kelas menengah yang lebih ketat dibanding kelompok bank besar dan kecil.
“Faktor risiko perbankan yang masih berpotensi menyebabkan pengetatan likuiditas antara lain adanya tekanan likuiditas pada sebagian bank kelas menengah yang lebih ketat dibanding kelompok bank besar dan kecil,” jelasnya.
Risiko selanjutnya muncul dari ekspansi pemerintah yang dinilai terbatas karena masih awal tahun (sisi belanja). Namun Halim menegaskan secara keseluruhan stabilitas sistem keuangan (SSK) tetap terjaga seiring membaiknya kinerja pasar keuangan serta adanya sinyal positif dari faktor eksternal.
Kemudian adanya rencana pemerintah tidak akan melakukan front loading (lebih terukur) serta meredanya volatilitas pasar keuangan di tengah optimisme hasil perundingan dagang AS-China. Sekaligus tensi geopolitik Timur Tengah yang membaik akan membantu capital inflow.
"Pertumbuhan kredit yang diperkirakan masih rendah kuartal satu 2020, sehingga dapat mengurangi kebutuhan likuiditas bank," ujarnya.