EKBIS.CO, PAMEKASAN -- Berbeda dengan daerah sentra umumnya, para petani di Pamekasan justru beramai-ramai menanam bawang merah pada puncak musim penghujan. Bagi petani Pamekasan, saat penghujan menjadi waktu terbaik untuk menanam dengan menerapkan sistem budidaya di luar musim atau off season.
Data Januari- Februari tahun lalu, tidak kurang dari 2.000 hektare bawang merah ditanam oleh para petani di Pamekasan. Diperkirakan pada panen 2-3 bulan lagi, atau Maret-April nanti akan memasuki panen raya. Sehingga pasokan menjelang Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada bulan Mei mendatang, diprediksi aman.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Pamekasan, Nolo Garjito, mengatakan data yang sudah dihimpun petugas di lapangan sampai dengan Minggu ke-3 Januari, luas bawang merah sudah mencapai 800 hektare dengan umur tanam 0-25 hari setelah tanam (HST). Penanaman bawang merah di Pamekasan banyak dilakukan pada lahan tegalan, bisa sampai 3 kali setahun untuk lahan yang cukup tersedia air. Bulan Januari-Februari menjadi waktu puncak para petani menanam bawang merah.
“Paling luas penanaman di Kecamatan Batumarmar. Sekarang ini banyak petani yang sudah olah lahan dan siap tanam. Perkiraan kami, sampai akhir bulan ini saja penanaman sudah mencapai 1.500 hektare. Dari luasan tanam tersebut, kami perkirakan produksi bulan Maret - April mencapai 16 ribu ton. Prediksi kami harga akan stabil pada bulan itu karena sudah banyak panen,” jelas Nolo dalam siaran pers.
Petani Pamekasan mulai melakukan penanaman bawang untuk mengamankan pasokan Hari Raya Idul Fitri.
Ditemui di lahan miliknya, Bukhori ketua Gapoktan Melati Putih di Desa Lesong Laok, Kecamatan Batumarmar mengatakan bahwa saat panen raya kelompoknya memasok bawang merah ke Pasar Induk di Surabaya dan sebagian langsung ke Jakarta dan Kalimantan. Rata-rata pasokannya 10 ton setiap hari.
"Biasanya petani di sini menanam bawang setelah jagung, namun tahun ini musim hujan nya telat datang, jadi kami lewatkan untuk tanam jagung dan lebih milih tanam bawang agar waktu tanam nya pas," kata Buchori dengan logat khas Madura. Varietas bawang yang banyak ditanam adalah Manjung dan Tajuk dengan produktivitas mencapai 6-10 ton per hektare. "Nanti Maret-April banyak panen disini, modah-modahan harga tidak anjlok," tukasnya.
Dihubungi terpisah, Pelaksana Tugas Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementerian Pertanian, Sukarman, mengatakan pihaknya telah memetakan sentra terutama untuk mengamankan pasokan.
"Kami bergerak ke lapangan sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan Bapak Dirjen Hortikultura untuk memastikan ketersediaan dan pasokan bawang merah aman, khususnya menjelang peringatan hari besar keagaamaan," kata Sukarman.
Pamekasan sudah lama dikenal sebagai kawasan offseason sehingga menjadi perhatian khusus. Biasanya, lanjut Sukarman, jarang petani mau menanam bawang merah saat musim penghujan terlebih di lahan persawahan.
"Adanya kawasan off season sangat membantu mengamankan pasokan nasional," tandasnya.
Petani Pamekasan mulai melakukan penanaman bawang untuk mengamankan pasokan Hari Raya Idul Fitri.
Sukarman menyebut musim hujan dengan intensitas tinggi berpotensi berdampak pada pasokan bawang merah, khususnya yang berasal dari sentra-sentra di Pulau Jawa.
"Kementan akan terus mendorong penumbuhan daerah baru yang memungkinkan dilakukanya pertanaman luar musim (off season). Kuncinya agroklimat harus sesuai, lahan berlereng lebih bagus. Benihnya harus unggul dan budidayanya juga harus intensif," terangnya.
Menurut pria yang akrab disapa Karman tersebut, Kementan saat ini aktif melakukan pengawalan penerapan manajeman tanam di sentra- sentra produksi. Kementan juga telah mengembangkan instrumen yang mampu memprediksi ketersediaan dan harga bawang merah dan cabai selama tiga bulan ke depan, yang dikenal dengan Early Warning System (EWS).
"Fokus kami adalah memastikan produksi aman supaya masyarakat bisa lebih tenang menjalani puasa hingga lebaran nanti," pungkasnya.