EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Krakatau Steel (Persero) Tbk telah menyelesaikan restrukturisasi utang senilai 2 miliar dolar AS. Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan restrukturisasi utang ini merupakan restrukturisasi utang terbesar yang pernah ada di Indonesia. Erick meminta manajemen Krakatau Steel memikirkan langkah selanjutnya pascarestrukturisasi utang terselesaikan.
"Saya tidak mau hanya restrukturisasi terbesar dalam sejarah Indonesia tapi apa langkah selanjutnya, apa operasional yang mau dilakukan ke depan," ujar Erick saat public expose Krakatau Steel di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (28/1).
Erick mengaku mendukung penuh direksi dan komisaris Krakatau Steel dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Erick menegaskan kunci keberhasilan Krakatau Steel ke depan ialah terkait dengan langkah operasional.
"Setelah restrukturisasi, operasionalnya harus benar," ucap Erick.
Erick juga meminta Krakatau Steel melakukan program yang berkelanjutan, termasuk apabila Krakatau Steel ingin fokus di sektor baja.
"Untuk suksesor menteri-menteri selanjutnya tentu harus ada keberlanjutan, apakah ide Krakatau Steel jadi perusahaan yang fokus di baja, kenapa tidak, jangan malu-malu," lanjut Erick.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan kesepakatan restrukturisasi ini telah selesai ditandatangani oleh keseluruhan kreditur pada 12 Januari 2020. Silmy menjelaskan, restrukturisasi utang ini melibatkan 10 bank nasional, swasta nasional dan swasta asing.
Sebelumnya pada 30 September 2019, kata Silmy, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank ICBC Indonesia, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Indonesia Eximbank), PT Bank Central Asia Tbk, telah sepakat melakukan relaksasi pembayaran utang dalam perjanjian induk rekstrukturisasi (MRA).
Kemudian, pada 29 Desember 2019, PT Bank DBS Indonesiadan PT Bank OCBC NISP Tbk mengawali perjanjian aksesi atau penundukannya terhadap perjanjian induk restrukturisasi. Selanjutnya, dua bank swasta lainnya yakni Standard Chatered Bank Indonesia dan PT CIMB Niaga Tbk turut tunduk dalam perjanjian induk yang sama pada 12 Januari 2020.
"Penandatanganan persetujuan pembiayaan ini dilakukan untuk mendukung Rencana Transformasi Bisnis dan Keuangan Krakatau Steel menjadi lebih sehat," ucap Silmy.
Silmy menerangkan beban bunga dan kewajiban pembayaran pokok pinjaman menjadi lebih ringan sehingga membantu perbaikan kinerja perusahaan dan memperkuat cashflow perusahaan. Kata Silmy, proyek restrukturisasi ini berlangung selama sembilan tahun sejak 2019 hingga 2027, dan diharapkan dalam jangka panjang operasi perusahaan menjadi lebih baik.
"Melalui restrukturisasi ini, total beban bunga selama sembilan tahun utang dapat diturunkan secara signifikan dari 847 juta dolar AS menjadi 466 juta dolar AS," ucap Silmy.
Selain itu, kata Silmy, penghematan biaya yang didapat Krakatau Steel dari restrukturisasi utang selama sembilan tahun sebesar 685 juta dolar AS atau Rp 9,3 triliun. Silmy menambahkan, sepanjang 2019, Krakatau Steel sudah melakukan transformasi perusahaan. Selain restrukturisasi utang, Krakatau Steel juga telah melakukan optimalisasi tenaga kerja dan menerapkan operation excellence sehingga Krakatau Steel lebih efisien dan kompetitif. Krakatau Steel pada September dan November 2019 secara berturut-turut berhasil melampaui rekor produksi HRC dan CRC.
"Dengan segala capaian ini kami optimistis pada 2020, Krakatau Steel akan mempunyai catatan yang lebih gemilang," kata Silmy menambahkan.