Rabu 29 Jan 2020 18:06 WIB

Kementan Gunakan EWS Prediksi Persediaan Bawang Putih

Kementan memastikan ketersediaan bawang putih hingga Maret aman berdasarkan EWS.

Red: Gita Amanda
Early Warning System (EWS) memprediksi ketersediaan komoditas pangan pokok selama tiga bulan ke depan khususnya untuk komoditas cabai, bawang merah dan bawang putih yang dinilai sering memicu inflasi.
Foto: Kementan
Early Warning System (EWS) memprediksi ketersediaan komoditas pangan pokok selama tiga bulan ke depan khususnya untuk komoditas cabai, bawang merah dan bawang putih yang dinilai sering memicu inflasi.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) terus mendorong penguatan program pembangunan pertanian melalui pendekatan Komando Strategis Pembangunan Pertanian atau KostraTani. Menteri Pertanian (Mentan) menyebut Kostratani sebagai center of excellent yang terhubung disemua lini, dengan mengoptimalkan fungsi Balai Penyuluh Pertanian (BPP) yang berada di ribuan Kecamatan seluruh Indonesia.

Data dari BPP terhubung langsung ke pusat kendali Satu-Data yang dikenal sebagai Agriculture War Room atau AWR. Lewat AWR inilah Kementan memperkenalkan instrumen peringatan dini atau Early Warning System (EWS) untuk memprediksi ketersediaan komoditas pangan pokok selama tiga bulan ke depan khususnya untuk komoditas cabai, bawang merah dan bawang putih yang dinilai sering memicu inflasi.

Baca Juga

EWS bawang putih

Bawang putih menjadi perhatian pemerintah karena dalam periode tertentu berpotensi terjadi gejolak yang menyebabkan inflasi tak terduga. Sebagai komoditas yang 90 persennya didatangkan dari impor, ketersediaan bawang putih harus dipantau setiap saat. Saat terjadi persoalan menyangkut mekanisme impor, berpotensi terjadi gejolak. Meskipun saat ini Kementerian Pertanian gencar mendorong penanaman bawang putih di dalam negeri, tidak dapat dipungkiri bahwa impor masih dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nasional yang mencapai 500- 580 ribu ton setahun.

Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto, saat dikonfirmasi di Jakarta, Selasa (28/1) lalu, memastikan ketersediaan bawang putih hingga Maret 2020 terhitung aman berdasarkan analisis EWS yang dilakukan pihaknya. Model EWS ini diakui telah bekerja sangat baik terutama menjelang Nataru 2019 (Natal dan Tahun Baru) sehingga hasilnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Nataru berlalu dengan khidmat tanpa gejolak harga yang berarti karena sudah bisa mendeteksi ketersediaan bawang cabai sejak dini.

"Sejak dini juga kita bisa lakukan langkah-langkah antisipasi dan pengendalian. Saat ini, EWS juga kita pergunakan untuk pemantauan ketersediaan bawang putih nasional," kata pria yang akrab dipanggil Anton tersebut.

Anton juga optimistis program pengembangan bawang putih nasional akan terus berlangsung. "Dari data yang ada, hasilnya cukup menggembirakan. Terbukti angka produksi tahun 2019 sementara ini sudah mencapai 81 ribu ton atau naik 4 kali lipat dibanding tahun 2017. Bahkan luas tanam yang bertahun-tahun stagnan hanya 2 ribu hektar, kini bisa mencapai 15 ribu-an hektar di tahun 2019," kata Anton optimistis.

Kebutuhan bawang putih nasional pada bulan Januari-Februari 2020 diperkirakan sekitar 95 ribu Ton. Sedangkan produksi bawang putih lokal baru mencapai 19 ribu ton sehingga masih terdapat kekurangan pasokan 76 ribu ton. Jumlah tersebut mau tidak mau harus dipenuhi dari impor. Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Sukarman, yang ditemui di Jakarta menerangkan bahwa secara kumulatif stok bawang putih masih aman.

"Kita masih punya stock dari realisasi impor sampai akhir Desember 2019 sebesar 90 ribu Ton. Jadi neraca ketersediaan bawang putih nasional bulan Januari sebanyak 87 ribu Ton dan Februari 43 ribu Ton," jelas Sukarman.

Menurut Sukarman, stok bawang putih berdasarkan data Persetujuan Impor (PI) bulan Oktober lalu telah digelontorkan untuk kebutuhan nasional sebesar 45-47 ribu perbulan. "Ketersediaan bawang putih sampai 1 (satu) bulan ke depan dipastikan Aman, termasuk untuk kebutuhan 28 juta penduduk Jabodetabek yang diperkirakan sebanyak 5 ribu ton per bulan. Selama tidak ada kendala distribusi dan lainnya, dipastikan pasokan aman," tandas pria yang juga menjadi Direktur Perbenihan tersebut.

Harga stabil di awal tahun

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Yasid Taufik menyebut harga bawang putih pada bulan Januari-Maret terjaga kondusif. Terlebih proses penerbitan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) bawang putih saat ini tengah berlangsung. "Sudah cukup banyak yang mengajukan (RIPH), dan sudah kami lakukan cek dan ricek. Jika dokumen teknis sudah sesuai semua, tentu kami akan terbitkan RIPH nya" ujar Yasid.

Pemerintah, menurut Yasid, tidak akan membiarkan pasokan bawang putih tersendat yang bisa memicu lonjakan harga secara tiba-tiba. "Kami ingin bawang putih ini stabil, kendati sebagian besar pasokannya masih bergantung pada impor. Kita tidak akan biarkan ada gejolak yang memicu kenaikan share inflasi terhadap volatile food seperti yang terjadi pada awal-awal tahun lalu," pungkas Yasid.

Namun, kembali diingatkan oleh Yasid agar importir juga giat mendorong ekspor seperti keinginan menteri Pertanian. "Jangan hanya jadi nett importir, tapi juga berlomba-lomba menambah devisa negara dengan mendorong ekspor pertaniannya" tutupnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement