EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) melaporkan perolehan laba Rp 1,38 triliun pada 2019 atau tumbuh 9,22 persen (yoy). Aset tercatat Rp 76,72 triliun atau tumbuh 22,37 persen.
Direktur Keuangan sekaligus Plt Direktur Utama Bank Jatim, Ferdian Timur S. menyampaikan laba didorong oleh pertumbuhan kredit. Bank Jatim mencatat pertumbuhan kredit tertinggi dalam beberapa tahun terakhir yaitu 13,16 persen (yoy) atau sebesar Rp 38,35 triliun.
Pertumbuhan kredit tersebut diikuti dengan penurunan rasio Non Performing Loan (NPL) yaitu sebesar 2,77 persen. Kredit di sektor konsumsi menjadi penyumbang tertinggi yaitu sebesar Rp 23,10 triliun atau tumbuh 7,12 persen (yoy).
Sedangkan pertumbuhan paling tinggi didapat dari sektor komersial sebesar 27,11 persen atau tercatat Rp 9,23 triliun. Pertumbuhan yang tinggi tersebut didongkrak dari pertumbuhan kredit sindikasi yang signifikan sebesar 118,98 persen.
Sementara itu, selama Tahun Buku 2019, Dana Pihak Ketiga (DPK) bankjatim mencatatkan pertumbuhan 18,91 persen (yoy) yaitu sebesar Rp 60,55 triliun. Pertumbuhan DPK yang signifikan tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat kepada bankjatim meningkat.
Pertumbuhan DPK tersebut didominasi oleh pertumbuhan giro 23,54 persen atau tercatat Rp 23,83 triliun, diikuti oleh pertumbuhan tabungan sebesar 16,28 persen atau tercatat Rp 22,22 triliun dan pertumbuhan deposito sebesar 15,81 persen atau tercatat Rp 14,50 triliun.
"Dari komposisi tersebut, terlihat kemampuan Bank Jatim dalam menghimpun dana murah cukup baik," katanya dalam konferensi pers paparan kinerja keuangan Tahun Buku 2019 di Hotel Ritz Charlton Pacific Place, Jakarta, Kamis (30/1).
Selain itu pencapaian DPK tersebut diperkuat dengan CASA rasio bankjatim sebesar 76,06 persen. Selama lebih dari 15 tahun, CASA rasio Bank Jatim berada diatas 65 persen.
Komposisi rasio keuangan Bank Jatim periode Desember 2019 antara lain Return on Equity (ROE) sebesar 18,00 persen, Net Interest Margin (NIM) sebesar 6,11 persen, dan Return On Asset (ROA) 2,73 persen. Sedangkan Biaya Operasional dibanding Pendapatan Operasional (BOPO) masih tetap terjaga di angka 71,40 persen.