Jumat 31 Jan 2020 16:12 WIB

100 Hari Kerja, Mentan SYL Teringat Mendiang Putranya

100 hari kerja kabinet bertepatan dengan sembilan tahun meninggalnya putra Mentan SYL

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
100 hari kerja kabinet bertepatan dengan sembilan tahun meninggalnya putra Mentan Syahrul Yasin Limpo (SYL)
100 hari kerja kabinet bertepatan dengan sembilan tahun meninggalnya putra Mentan Syahrul Yasin Limpo (SYL)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf kini tepat berusia 100 hari. Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo turut merayakan 100 hari kerja dengan mengadakan senam pagi bersama staf Kementerian Pertanian (Kementan) dan dilanjutkan dengan Talk Show tentang peta jalan pembangunan pertanian ke depan yang maju, mandiri dan modern di Kantor Pusat Kementan, Jumat (31/1).

Rupanya, 100 hari tersebut bertepatan dengan sembilan tahun mendiang putranya, Rinra Sujiwa Syahrul Putra yang meninggal pada Senin, 31 Januari 2011 di Bandung. Kala itu almarhum Rinra tengah menjalankan studi di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).

Mantan Gubernur Sulawesi Selatan ini tidak pernah melupakan kejadian 9 tahun lalu. Dalam beberapa momen penting, Syahrul menyebut anak kesayangannya.

Bahkan foto Rinra tersenyum nan gagah perkasa abadi di kediamannnya, seabadi di sanubari Syahrul Yasin Limpo dan segenap keluarga. Rinra adalah “putra mahkota”, selain Kemal Redindo, Rinra adalah “pattola palallo”, tapi harapan ini lebih dititikberatkan pada Rinra karena dia pelajar IPDN yang cemerlang.

“Putih biru hitam kelabu dari kehidupan saya selama 9 tahun. Di 100 hari kerja ini sangat mengingat Almarhum sehingga menjadikan motivasi untuk bekerja yang mampu menciptakan perubahan besar dan prestasi besar,” begitu ungkapan Syahrul dalam mengenang 11 tahun meninggal putra tercintanya dalam acara senam padi dan talk show di Kementan.

Selama 100 hari kerja, Mentan Syahrul  telah membangun sinergitas antar kementerian/lembaga dan berbagai stakeholer, sebab membangun pertanian adalah tugas negara atau bersama. Kemudian, telah menentukan arah pembangunan pertanian yakni maju, mandiri dan modern.

Pertanian yang maju dipastikan menjadikan sektor yang menyediakan pangan menjadi tidak tertinggal, sehingga tidak hanya menyediakan pangan untuk rakyat Indonesia namun mengekspor untuk menghidupi masyarakat dunia.

“Kalau kita tidak maju sebenarnya semua menjadi hampa dan menjadi bayang-bayang. Oleh karena itu maju menjadi pilihan yang nggak boleh ada yang mundur apalagi bersama saya. Bapak Presiden percayakan sama saya harus maju. Itu yang ada dipikiran saya . Maju untuk apa? Maju  untuk kita makin kuat, makin bisa berbuat dan makin bisa percaya diri sebagai kekuatan yang ada yang bisa dimiliki,” ucapnya.

Pertanian yang mandiri, lanjut Syahrul, adalah membangun pertanian yang mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri dari hasil alam sendiri, sehingga tidak mengandalkan pasokan dari negara lain. Indonesia tidak hanya mampu memproduksi bahan pangan, tetapi juga ke depan harus mengembangkan ragam pangan olahan atau turunan untuk memenuhi segala kebutuhan dalam negeri.

“Mandiri itu lebih baik memberi orang  daripada kita jadi peminta minta. Mandiri itu berarti semua bisa disiapkan dengan kekuatan dan kemampuan sendiri. Kalau begitu harus ke depan kita Mandiri , kita tidak boleh tergantung dan dimainkan oleh negara lain dan oleh siapapun termasuk pertanian harus mampu besok intervensi negara. Misal, Jagung kalau makin mandiri, perut sudah oke, persiapan sudah oke, maka dia (jagung, red) bisa dikembangkan menjadi  42 produk turunan, makanan apa saja, pakan ternak, minyak atau oil dan berbagai produk lainnya sehingga tidak perlu impor,” ujarnya.

Lebih lanjut Syahrul menjelaskan pertanian modern yakni dalam rangka peningkatan produktivitas , penyediaan pasar dan menciptakan nilai tambah produk pertanian sehingga kesejahteraan petani semakin tinggi dan berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satunya membangun pertanian berbasis digital atau teknologi 4.0, di antaranya dengan membangun Agriculture War Room (AWR) untuk memudahkan pemantauan dan penyelesaikan langsung masalah pertanian di lapangan.

“Pertanian modern menjadi pilihan tidak ada lagi yang saya tidak bisa dipantau pak, dari tempat ini di manapun yang ada di seluruh, pelosok Indonesia, saya bisa lihat tanah yang ada di situ, potensi pertanian yang ada di situ. Kita bisa lihat langsung dari Agriculture War room  yang ada dari pertanian,” ucapnya.

Selain itu, selama 100 hari kerja, Ia pun dengan tegas telah menyatakan untuk memberikan tindakan tanpa kompromi bagi pihak yang melakukan alih fungsi lahan pertanian karena dapat mengancam ketersediaan dan ketahanan pangan dalam negeri. Program unggulan lainnya yakni menciptakan generasi muda pertanian dan pengembangan bisnis pertanian secara online.

“Kita pun terus pacu peningkatan ekspor. Melalui program Gratieks (Gerakan Tiga Kali Ekspor, red) kita yakin angka ekspor pertanian makin meningkat. Dari data BPS, lebih Rp 100 trilium nilai ekspor kita dalam 100 hari saya kerja. Tetapi dari data yang kita miliki, nilai ekspor pangan kita justru sekitar Rp 150 sampai 160 triliun,” tutur Syahrul.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement