EKBIS.CO, JAKARTA -- Kabinet Indonesia Maju menginjak usia 100 hari. Para menteri berlomba-lomba melaporkan hasil kerjanya kepada publik, tak terkecuali Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL).
Namun, ada yang berbeda dari yang disampaikan Syahrul. Ia mengenang mendiang putranya, Rinra Sujiwa Syahrul Putra, yang telah wafat sembilan tahun yang lalu. Putranya wafat pada 31 Januari 2011 saat tengah menjalankan studi di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Bandung.
Ia menjuluki almarhum Rinra sebagai "Patolla Palallo" atau Putra Mahkota. Syahrul memiliki harapan besar kepada Rinra karena ia memiliki rekam jejak sebagai pelajar yang berprestasi di IPDN.
"Putih biru hitam kelabu kehidupan saya selama sembilan tahun. Di 100 hari kerja ini, saya sangat mengingat almarhum dan menjadi motivasi untuk bekerja menciptakan perubahan besar," ucap Syahrul.
Syahrul mengatakan, selama 100 hari kerja pertama ia berupaya untuk membangun kembali sinergisitas internal Kementan maupun dengan kementerian dan lembaga teknis lainnya. Sebab, membangun pertanian nasional merupakan tugas bersama karena menyangkut pangan yang dibutuhkan semua orang.
Setelah sinergi terbangun, ia menentukan arah pembangunan pertanian yakni maju, mandiri dan modern. Pertanian harus dipastikan mampu menyediakan pangan yang benar-benar cukup. Lebih besar, kata dia, bisa memenuhi kebutuhan masyarakat dunia.
“Kalau kita tidak maju semua menjadi hampa dan menjadi bayang-bayang. . Maju untuk apa? Maju untuk kita makin kuat, makin bisa berbuat dan makin bisa percaya diri sebagai kekuatan yang ada yang bisa dimiliki," katanya.
Pertanian mandiri, kata Syahrul, adalah membangun pertanian yang mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri dari hasil alam sendiri. Dengan kata lain tidak mengandalkan pasokan dari negara lain.
Syahrul meyakini, Indonesia tidak hanya mampu memproduksi bahan pangan, tetapi juga ke depan harus mengembangkan ragam pangan olahan atau turunan untuk memenuhi segala kebutuhan dalam negeri.
"Ke depan kita harus mandiri. Kita tidak boleh tergantung dan dimainkan oleh negara lain, siapapun," katanya menambahkan.
Lebih lanjut, Syahrul menjelaskan bahwa pertanian modern memiliki luaran berupa peningkatan produktivitas, penyediaan pasar, serta menciptakan nilai tambah produk pertanian. Tujuan akhirna yakni berdampak pada kesejahteraan petani yang makin tinggi.
Salah satu yang ditempuh Kementan dalam 100 hari terakhir untuk memulai pertanian modern yakni dengan membangun Agriculture War Room (AWR). AWR digunakan untuk memudahkan pemantauan dan penyelesaian masalah di pertanian secara langsung.
“Pertanian modern menjadi pilihan tidak ada lagi yang saya tidak bisa dipantau. Dari tempat ini di manapun yang ada di seluruh, pelosok Indonesia, saya bisa lihat," katanya.