EKBIS.CO, JAKARTA -- JAKARTA -- Virus corona yang tengah menyerang beberapa kota di Cina diperkirakan bakal berdampak ke perekonomian negara tersebut. Bahkan Bank Dunia serta Dana Moneter Internasional (IMF) telah menghitung, wabah itu dapat menggerus pertumbuhan ekonomi Cina hingga 0,5 persen.
Dengan begitu, perekonomian Negeri Tirai Bambu itu akan menurun dari sekitar enam persen ke lima persen. "Itu perhitungan sementara, tapi kita nggak tahu. Ini tergantung, maka saya menyebutnya black swan atau peristiwa langka yang sulit diprediksi namun saat terjadi akan berdampak besar," ujar Ekonom sekaligus Komisaris Independen Bank Central Asia (BCA) Raden Pardede saat ditemui wartawan di Wisma Antara, Jakarta, Jumat, (31/1).
Menurutnya jika virus corona berlangsung lama, maka dapat memengaruhi perekonomian Cina selama satu sampai dua tahun ke depan. Dampaknya bakal meluas pula.
Raden melanjutkan, virus itu tidak hanya berdampak signifikan ke ekonomi Cina, tapi juga negara lainnya. Sebab, mobilitas barang serta orang dari Cina terhenti.
"Misalkan turis dari Cina yang biasanya datang ke Bali dan Manado jadi berhenti. Bayangkan, turis Cina itu bisa sekitar 200 sampai 250 juta bepergian ke seluruh dunia. Sekarang, bahkan bepergian di sekitar Cina pun nggak ada, apalagi ke luar Cina," tutur dia.
Penerbangan dari dan ke Cina juga berhenti, sehingga sangat memengaruhi ekonomi dunia. "Ini (virus corona) memang musuh bersama seluruh dunia, bukan hanya Cina yang suffer, walau tentu mereka akan suffer lebih tapi seluruh dunia ikut kena," tegas Raden.
Meski pengaruh wabah tersebut cukup besar, tapi Raden mengaku belum melihat tanda terjadinya resesi dunia. "Saya tetap belum melihat akan terjadi resesi gara-gara ini (corona)," ujarnya.
Director Chief Economist & Head of Research PT Samuel Asset management Lana Soelistianingsih menambahkan, dampak virus corona memang tidak dapat dianggap sepele. Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah mengatakan, ada indikasi gangguan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) akibat virus tersebut nantinya.
"Nah perlu kita pertimbangkan, virus ini sampai berapa lama efeknya. Jepang juga sudah mulai khawatir," kata dia pada kesempatan serupa.
Maka, lanjutnya, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa bertahan di kisaran lima persen di tengah kondisi ini, berarti bagus. "Karena pertumbuhan di kisaran lima persen itu relatif stabil, bukan stagnan. Kalau stagnan, tidak ada pertumbuhan," tutur Lana.