EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Pelaksana Bank Dunia Mari Elka Pangestu menilai kondisi perekonomian Indonesia saat ini resilent atau berdaya tahan. Hal tersebut ia ungkapkan saat diminta menggambarkan kondisi ekonomi nasional secara keseluruhan.
“Indonesia ini sudah kena krisis terkecuali tahun 1998 karena itu krisis ekonomi, politik dan krisis finansial kita anjlok (tumbuh) minus 13 persen, tapi kita kembalinya itu dalam beberapa tahun, kembali lagi,” kata mantan Menteri Perdagangan itu di Jakarta, Selasa (4/2).
Mari mengatakan saat terjadi krisis pada 2008, ekonomi Indonesia tumbuh 4,9 persen dan terus bisa naik di atas lima persen. Hal serupa terjadi saat ini ketika dunia dilanda serba ketidakpastian ekonomi.
“Tapi lima persen relatif, (dibandingkan) negara lain itu baik. Kita resilient tapi dalam artian kita terus bertumbuh mungkin dalam artian kita negara yang besar punya pasar besar,” katanya.
Ia menambahkan ketahanan Indonesia itu juga terlihat ketika mampu membuat kebijakan mengatasi kemiskinan di tingkat paling bawah dan menyelesaikan persoalan ketimpangan, terutama dari sisi pendapatan antardaerah.
“Resilient kita itu penting sebagai kesatuan suatu negara. Jadi waktu krisis 1998 semua orang memprediksi Indonesia akan pecah belah seperti yang terjadi di Uni Soviet. Pecah jadi beberapa negara setelah krisis,” katanya.
Namun, kata dia, faktanya Indonesia tidak pecah dan tetap bersatu kecuali Timor Timur yang melepaskan diri. Hal itu, kata Mari, menunjukkan tingkat ketahanan Indonesia yang cukup tinggi.
“Dan ada kaitannya dengan ekonomi kebersatuan kita sebagai negara, menurut saya, itu saya cukup bangga sebagai orang Indonesia. Dan mudah-mudahan kita tetap terus bersatu,” kata Mari Pangestu.