Selasa 11 Feb 2020 15:50 WIB

CORE: Corona Berdampak pada Pertumbuhan Ekonomi 0,2 Persen

Kecepatan penanganan corona menyebabkan kekhawatiran yang ganggu ekonomi.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolanda
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika.co.id
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menyatakan, keberadaan virus corona berdampak sangat besar terhadap perekonomian global. Sebab menyerang negara yang memiliki pengaruh besar di dunia termasuk indonesia. 

Faisal menilai, akibat serangan virus tersebut di China, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa turun 0,2 persen. "Ada perkiraan dari beberapa kalangan, bisa menurun 0,3 persen, tapi dari teman-teman Kementerian Perdagangan (Kemendag) prediksi 0,2 persen, saya sepakat 0,2 persen," ujar dia di Kantor Kemendag, Jakarta, Selasa, (11/2).

Baca Juga

Prediksi tersebut, jelasnya, didasari pada kasus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang juga menyerang China pada 15 tahun lalu. Seperti diketahui, corona merupakan virus sama dengan SARS, namun berbeda varian. 

"Saat itu kejadiannya lebih dari setahun, mulai 2002 baru selesai 2004, sisa beberapa. Pada 2003 outbreak paling masif. jumlah terpapar sebanyak 8.096, sekarang baru beberapa bulan sudah 41 ribu lebih, jadi cepat, outbreak-nya kecepatan tinggi. walau tingkat kematian lebih rendah sekitar dua persen dari SARS," jelas Faisal. 

Kaitannya dengan ekonomi, tuturnya, tingkat kecepatan pengenaannya pada banyak negara menyebabkan kekhawatiran sehingga memunculkan berbagai langkah antisipastif yang mengganggu aktivitas ekonomi. Dengan begitu ada kemungkinan wabah virus corona berlangsung setahun, tergantung antisipasinya. 

"Intinya bagaimana antisipasi ini. Pada 2003, dampaknya ke ekonomi China pada kuartal pertama ke kuartal kedua turun 2 persen. Bisa jadi (sekarang) bukan murni corona tapi terlihat dampak ke beberapa saluran, meliputi permintaan turun dari ritel dan sevices, FDI (Foreign Direct Investment) terganggu, dan biaya penanggulangan hentikan wabah terutama industri terdampak seperti pariwisata dan ritel," ujar Faisal. 

Dirinya menambahkan, pada 2003 ekonomi China terbesar keenam di dunia. Sekarang berubah, pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu tersebut nomor dua di dunia. Tingkat ketergantungan perdagangan juga lebih luas sehingga dampaknya lebih besar dibandingkan wabah SARS dahulu. 

Faisal menjelaskan, provinsi Hubei di China yang itu merupakan asal virus corona, adalah pusat industri. Jadi tidak heran bila pengaruhnya terhadap ekonomi China sangat besar.

Pada 2019, pertumbuhan ekonomi China sekitar 6 persen, sementra Hubei sendiri sebesar 7,3 persen. "Dia lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi China. Maka ketika dia freezing, dampaknya sangat besar terhadap ekonomi China dan beberapa daerah lain," jelasnya. 

Beberapa dampak nyatanya meliputi, sebanyak 50 persen Starbucks berhenti beroperasional, pabrik Apple tutup, dan Disneyland Shanghai berhenti beroperasi. Beberapa kalangan kemudian memperkirakan beberapa skenario perlambatan ekonomi China.

"Goldman Sachs tahun ini awalnya perkirakan pertumbuhan ekonomi China 5,9 persen pada 2020 tapi bisa turun ke 5 persen, perlambatan hampir 1 persen. Economist Intelligence prediksi pemangkasan satu persen, hanya Oxford Economics yang perkirakan pada kuartal pertama 2020 turun dua persen," jelas dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement