EKBIS.CO, PEMATANGSIANTAR -- Kota Pematangsiantar memiliki potensi untuk mengembangkan perekonomian. Terutama dikarenakan berdekatan dengan Proyek Strategis Nasional Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS) yang akan menghubungkan Kota Pematangsiantar menuju Parapat.
Ini disampaikan oleh Wali Kota Siantat Hefriansyah, dalam sambutannya di Seminar yang diselenggarakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Pematangsiantar bekerjasama dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Siantar-Simalungun. Seminar mengangkat tema “Peluang dan Tantangan Ekonomi di Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun Tahun 2020” dan digelar pada Rabu (26/2).
Dalam Seminar yang dihadiri oleh berbagai stakeholder daerah, Kepala Perwakilan BI Pematangsiantar Edhi Rahmanto mengatakan pemulihan kondisi ekonomi global pada awal tahun 2020 tertahan setelah Corona Virus Disease (COVID) merebak di China pada akhir Januari 2020 dan turut meluas ke berbagai negara.
Namun di tengah gejolak ekonomi global dan domestik, masih terdapat peluang dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun, antara lain optimalisasi pemanfaatan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei di Kabupaten Simalungun, pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Kuala Tanjung-Tebingtinggi-Parapat, pembangunan Kawasan Industri Kuala Tanjung dan pengembangan Kawasan Strategis Prioritas Nasional (KSPN) Danau Toba.
Narasumber yang tampil pada seminar berasal dari berbagai kalangan, yaitu Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara, Wiwiek Sisto Widayat, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara yang diwakili oleh Sujatmiko, Dosen Universitas Sumatera Utara (USU) Drs. Murbanto Sinaga, SE. MA dan Dr. Renny Maisyarah.
Bank Indonesia Pematangsiantar bekerjasama dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Siantar-Simalungun menggelar Seminar mengangkat tema “Peluang dan Tantangan Ekonomi di Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun Tahun 2020”.
Dalam pemaparannya, Wiwiek Sisto Widayat mengungkapkan bahwa dampak COVID-19 diprakirakan akan menekan perekonomian Tiongkok dan menghambat keberlanjutan pemulihan global terutama di awal tahun 2020. Sebagai respons berapa negara di Asia Tenggara menurunkan suku bunga sebagai antisipasi dampak pelemahan ekonomi akibat COVID-19. Bank Indonesia juga telah melakukan penyesuaian melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Februari 2020 dengan menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen.
Dari sisi perekonomian domestik, prospek ekonomi Indonesia pada tahun 2020 diprakirakan akan tumbuh lebih rendah menjadi 5,0-5,4 persen, dari prakiraan semula 5,1-5,5 persen, namun akan membaik pada tahun 2021. Peran China yang cukup besar dalam peta ekspor, pariwisata, dan investasi Indonesia berisiko menahan prospek percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020.
Secara spasial, perekonomian Provinsi Sumatera Utara tahun 2019 tumbuh 5,22 persen (yoy), lebih tinggi dari tahun sebelumnya 5,18 persen (yoy). Realisasi ini juga lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2019 sebesar 5,02 persen (yoy) dan Wilayah Sumatera sebesar 4,57 persen (yoy). Secara keseluruhan tahun 2019, inflasi Sumatera Utara tercatat terjaga di 2,33 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 sebesar 1,23 persen (yoy).
Inflasi keseluruhan tahun disebabkan oleh peningkatan harga cabai merah dan emas perhiasan. Meski demikian Inflasi Provinsi Sumatera Utara terjaga dan berada di bawah rentang sasaran nasional yaitu 3,5±1 persen (yoy) dan pada prakiraan tahun 2020 berada di sasaran nasional 3±1 persen (yoy).
Hasil pembahasan seminar menunjukkan masih adanya peluang bagi Pematangsiantar dan Simalungun di tengah berbagai tantangan yang ada, yaitu:
1. Stakeholder perlu memberikan penekanan peningkatan kontribusi sektor perekonomian utama di daerah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Sektor pertanian dan perkebunan, industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, dan konstruksi sebagai penyumbang 72 persen pertumbungan ekonomi di Sumatera Utara dapat menjadi prioritas pembangunan di Pematangsiantar dan Simalungun.
2. Posisi geografis Kota Pematangsiantar sebagai gerbang ke arah kawasan Pantai Barat dan KSPN Danau Toba sangat strategis dalam menunjang terciptanya titik tumbuh ekonomi serta distribusi barang dan jasa. Kota Pematangsiantar sebagai pintu gerbang menuju kawasan wisata Danau Toba, dengan terhubungnya Kota Medan – Pematangsiantar menuju Kota Parapat pada akhir tahun 2020 dapat berfungsi sebagai kota jasa perhotelan, jasa kuliner bagi wisatawan yang berkunjung ke kawasan Danau Toba.
3. Ekonomi Provinsi Sumatera Utara yang berbasiskan sumber daya alam dan hasil pertanian serta didukung oleh industri pengolahan dan pengembangan sektor pariwisata cukup potensial untuk menjadi motor penggerak perekonomian ke depan. Peningkatan perdagangan internasional masih bisa ditingkatkan khususnya dengan negara yang sudah memiliki perjanjian Free Trade Area dengan Indonesia.
4. Perlunya kerja sama dan dukungan dari berbagai stakeholder di daerah untuk dapat turut serta memajukan Pematangsiantar dan Simalungun, terutama dalam upaya mengembangkan UMKM di daerah.