Kamis 05 Mar 2020 10:23 WIB

Tak Terimbas Corona, Bukit Asam Lihat Peluang Ekspor

PT Bukit ASam tak khawatirkan penjualan batubara ke luar negeri.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Muhammad Hafil
Tak Terimbas Corona, Bukit Asam Lihat Peluang Ekspor. Foto: Alat-alat berat dioperasikan di pertambangan Bukit Asam yang merupakan salah satu area tambang terbuka (open-pit mining) batu bara terbesar PT Bukit Asam Tbk di Tanjung Enim, Lawang Kidul, Muara Enim, Sumatra Selatan, Sabtu (5/11).
Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Tak Terimbas Corona, Bukit Asam Lihat Peluang Ekspor. Foto: Alat-alat berat dioperasikan di pertambangan Bukit Asam yang merupakan salah satu area tambang terbuka (open-pit mining) batu bara terbesar PT Bukit Asam Tbk di Tanjung Enim, Lawang Kidul, Muara Enim, Sumatra Selatan, Sabtu (5/11).

EKBIS.CO, JAKARTA -- PT. Bukit Asam mengaku merebaknya wabah virus corona tak membuat perusahaan khawatir akan kegiatan penjualan batubara ke luar negeri. Sebab, wabah corona tak lantas negara terdampak memutuskan aliran listrik. Artinya, kebutuhan atas batubara untuk pembangkit listrik masih besar.

Direktur Utama Bukit Asam, Arviyan Arifin mengatakan hingga saat ini dari pihak buyer sekalipun belum ada yang melakukan pembatalan pembelian batubara. Ia memprediksi kebutuhan batubara malah bisa meningkat.

"Memang ada dampak virus coroa. Tapi kan listrik enggak mungkin mati kan gara-gara virus corona. Jadi kebutuhan batu bara malah mungkin bisa aja sebaliknya (meningkat)," ujar Arviyan di Jakarta, Rabu (4/3).

Arviyan menjelaskan, merebaknya virus corona di Negara Tirai Bambu bisa saja menurunkan produksi batu bara China. Padahal, pada saat yang bersamaan China merupakan konsumen batu bara terbesar dunia. Dengan demikian, China dimungkinkan meningkatkan impor batu bara. "Mereka ngurangin produksi bisa aja. Makanya mereka minta impor," katanya.

Direktur Niaga Bukit Asam Adib Ubaidilah mengatakan, pihaknya tidak khawatir apabila ekspor batu bara ke China nantinya terganggu. Sebab, Bukit Asam sudah mulai fokus melakukan ekspor ke beberapa negara alternatif sejak beberapa tahun lalu.

"Untuk 2020 relatif sangat kecil penjualan ke China dan Jepang. Sekarang lebih banyak ke Taiwan dibuka market baru permintaan batu bara kalori tinggi cukup besar," ucap dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement