Kamis 19 Mar 2020 09:15 WIB

Akibat Covid-19, Ekonomi Asia Tenggara Turun 4%

Pariwisata dan penerbangan adalah dua sektor yang paling awal terdampak dan melambat pertumbuhannya sejak wabah Covid-19 mulai melanda sebagian wilayah di Asia Tenggara. Dalam rilisnya, Grup DBS yang berfokus pada studi Asean 6+ membuka sebuah data dari CEIC-DBS yang menunjukkan dampak Covid-19 ada sektor pariwisata di Asia Tenggara. Dua...

Rep: Arie Liliyah (swa.co.id)/ Red: Arie Liliyah (swa.co.id)
Teknisi merakit mobil. Industri manufaktur merupakan salah satu yang signifikan penurunan ekspornya akibat terdampak wabah Covid-19
Teknisi merakit mobil. Industri manufaktur merupakan salah satu yang signifikan penurunan ekspornya akibat terdampak wabah Covid-19

Pariwisata dan penerbangan adalah dua sektor yang paling awal terdampak dan melambat pertumbuhannya sejak wabah Covid-19 mulai melanda sebagian wilayah di Asia Tenggara. Dalam rilisnya, Grup DBS yang berfokus pada studi Asean 6+ membuka sebuah data dari CEIC-DBS yang menunjukkan dampak Covid-19 ada sektor pariwisata di Asia Tenggara.

Dua negara yang paling terguncang adalah Thailand dan Vietnam, karena 32% wisatawan yang datang ke Vietnam berasal dari China dan sektor ini menyumbang lebih dari 11 % PDB negaranya. Sementara itu 12% dari total PDB Thailand pada 2018 datang dari sektor pariwisata dan hampir 30% wisatawannya datang dari China. Sehingga kebijakan larangan berpergian antar negara cukup melemahkan kedua negara tersebut.

Ekonom Grup DBS , Irvin Seah yang terlibat dalam riset ini menjelaskan, negara Asia Tenggara lainnya seperti Indonesia sedikit tertolong dengan kemampuan konsumsi dalam negeri yang terus bergerak. Meski demikian, menurut Irvin, Indonesia tidak boleh meremehkan kontribusi dari belanja wisatawan asing khususnya China yang secara tidak langsung akan berdampak juga pada penurunan PDB negara.

Tak hanya di sektor pariwisata, China juga pemain penting dalam industri ekspor impor di Asia Tenggara. Sekitar 14% dari total nilai ekspor ASEAN disumbangkan China, demikian juga impor, 21,5% nilai impor berasal dari negara ini. Oleh karena itu, disrupsi dalam rantai pasok China akibat wabah Covid-19 ini cukup memukul pasar ASEAN khususnya industri manufaktur.

Malaysia dan Singapura sebagai eksportir komponen hulu untuk manufaktur mengalami penurunan permintaan cukup tajam dari China. Contohnya Singapura, nilai indeks ekspor komponen manufakturnya turun dari 50,3 pada Februari 2019 menjadi 48,7 pada Februari 2020, ini merupakan indeks terendah dalam 4 tahun terakhir.

“Hal ini akan memberikan gambaran garis besar akan adanya perlambatan pada industri manufaktur dan ekspor di seluruh kawasan Asia Tenggara hingga beberapa minggu ke depan,” jelas Irvin.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement