Rabu 01 Apr 2020 22:00 WIB

Importir Khawatirkan Kenaikan Harga Bawang Putih dari China

Importir klaim stok bawang putih yang ada saat ini berasal dari panen tahun lalu

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kementerian Perdagangan secara khusus menerapkan kebijakan relaksasi impor bawang putih dan bombai hingga batas waktu 31 Mei. Importir klaim stok bawang putih yang ada saat ini berasal dari panen tahun lalu
Foto: istimewa
Kementerian Perdagangan secara khusus menerapkan kebijakan relaksasi impor bawang putih dan bombai hingga batas waktu 31 Mei. Importir klaim stok bawang putih yang ada saat ini berasal dari panen tahun lalu

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Perkumpulan Pelaku Usaha Bawang Putih dan Sayuran Umbi Indonesia (Pusbarindo) mengkhawatirkan kenaikan harga bawang putih impor dari China akibat pasokan di negara Tirai Bambu tersebut juga tidak banyak pada saat ini.

Di sisi lain, Kementerian Pertanian telah menerbitkan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) 450 ribu ton bawang putih serta kebijakan penghapusan sementara Surat Perizinan Impor (SPI) yang diberlakukan Kementerian Perdagangan guna mempercepat pemenuhan stok bawang putih di dalam negeri.

"Sayangnya direspons oleh eksportir bawang putih dengan kenaikan harga di China. Juga karena di China memang belum memasuki masa panen bawang putih," kata Ketua Umum Pusbarindo Valentino di Jakarta, Rabu (1/4).

Valentino menjelaskan bahwa saat ini, bawang putih yang diekspor ke Indonesia berasal dari hasil panen Mei-Juni Tahun 2019 yang disimpan dalam cold storageAda pun budidaya bawang putih di China adalah 8 bulan masa tanam, dan hanya panen satu kali dalam setahun. Sementara di Indonesia, masa tanam hanya 4 bulan, kemudian sudah bisa panen.

Di China, musim tanam bawang putih terjadi sekitar akhir September, awal Oktober dan panen pada Mei-Juni tahun berikutnya. Artinya, persediaan bawang putih konsumsi di China untuk diekspor saat ini adalah berasal dari panen tahun lalu.

Saat pelaku usaha (importir) bawang putih Indonesia berbondong-bondong membeli dari eksportir di China, permintaan (demand) naik, sementara penyimpanan juga tidak banyak. Maka, harga bawang putih pun naik sekitar 18 persen, dari 1.100 dolar AS per ton, menjadi 1.300 dolar AS per ton.

Gejolak harga bawang putih di dalam negeri juga masih berada di kisaran Rp 45.000 per kg. Menurut Valentino, kondisi ini akibat pasokan stok bawang putih yang sudah diorder importir belum sepenuhnya masuk ke pasaran.

"Tapi sebetulnya dampak psikologis saat RIPH digelontorkan dan SPI bebas, maka biasanya harga di dalam negeri cenderung turun," kata dia.

Dengan posisi nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS saat ini, harga beli bawang putih dari China sekitar Rp 21,45 juta per ton. Artinya, harga beli cukup tinggi, yaitu sekitar Rp 21.450 per kg. Namun, harga tersebut belum termasuk biaya pengiriman, dan lain-lain.

Pusbarindo berharap di saat masyarakat sedang sulit karena wabah corona seperti saat ini, gejolak harga tidak terjadi walaupun di sisi importir berat. Para pelaku usaha importir berupaya agar harga bawang putih konsumsi bisa berangsur turun sekitar Rp 30 ribu per kg di tingkat konsumen.

"Kami tetap mengimbau agar pelaku usaha (importir) akan menjual dengan harga terjangkau untuk menekan kenaikan harga bawang putih saat ini," kata Valentino.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement