Jumat 03 Apr 2020 08:12 WIB

Penguatan Dolar AS Masih Berlanjut

Investor memandang dolar AS sebagai tempat yang aman untuk berinvestasi.

Red: Nidia Zuraya
Penyedia jasa penukaran uang menunjukkan selembar uang dolar AS di Kwitang, Jakarta, Senin (23/3/2020).
Foto: ANTARA/aditya perdana putra
Penyedia jasa penukaran uang menunjukkan selembar uang dolar AS di Kwitang, Jakarta, Senin (23/3/2020).

EKBIS.CO, NEW YORK -- Dolar AS menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya untuk hari kedua berturut-turut pada akhir perdagangan Kamis (2/4) atau Jumat (3/4) pagi WIB. Penguatan dolar AS karena investor yang khawatir tentang prospek resesi global terus berlindung di greenback.

"Dengan meningkatnya dampak virus corona di seluruh dunia, investor memandang dolar AS sebagai tempat yang aman," kata Chris Gaffney, presiden pasar dunia di TIAA Bank di St. Louis, Missouri.

Baca Juga

Klaim pengangguran AS dalam minggu terakhir melonjak ke level tertinggi selama ini, namun reaksi dolar AS tampak kurang antusias.

Klaim awal untuk tunjangan pengangguran naik menjadi 6,65 juta pada minggu terakhir dari 3,3 juta yang tidak direvisi pada minggu sebelumnya. Angka tersebut jauh melampaui estimasi median 3,50 juta dalam survei ekonom Reuters.

Investor sekarang menunggu laporan payrolls (gaji) non-pertanian AS untuk Maret. Ekonom memperkirakan kehilangan 100 ribu pekerjaan AS pada bulan lalu, pembalikan tajam dari kenaikan pekerjaan 273 ribu pada Februari, menurut jajak pendapat Reuters. Itu akan menjadi penurunan pertama dalam pekerjaan sejak September 2010.

"Tentu saja, penurunan payrolls akan jauh lebih buruk pada April, hampir pasti melebihi kehilangan bulanan terbesar yang tercatat selama krisis keuangan, yaitu 800 ribu pada Maret 2009," kata Natwest Markets dalam sebuah catatan penelitian.

Pasar telah waspada sejak peringatan Presiden Donald Trump pada Selasa (31/3) tentang dua minggu ke depan yang menyakitkan dalam memerangi virus corona, bahkan dengan langkah-langkah jaga jarak sosial yang ketat.

Amerika Serikat memiliki lebih dari 200 ribu kasus Covid-19 yang dikonfirmasi - terbesar di dunia - yang telah mengirim investor berbondong-bondong ke aset safe-haven. Secara global, kasus virus corona mencapai satu juta pada Kamis (2/4), menurut penghitungan oleh Universitas Johns Hopkins.

Beberapa analis tidak memperkirakan dolar akan memperpanjang reli baru-baru ini setelah Federal Reserve mengambil serangkaian langkah-langkah, yang mulai berdampak, untuk memastikan pasokan mata uang global itu memadai.

Biaya untuk menghimpun dana dolar AS di pasar swap yen dan euro mulai stabil pada Kamis (2/4), dengan premi mendukung mata uang lainnya, menunjukkan bahwa permintaan greenback telah surut dari sebelumnya dalam pandemi virus corona.

Dalam perdagangan sore hari, indeks dolar menguat 0,7 persen pada 100,17. Terhadap yen, dolar naik 0,7 persen pada 107,91 yen.

Euro memperpanjang penurunannya, jatuh lebih dari satu persen menjadi 1,0847 dolar, setelah mencapai level terendah satu minggu.

Upaya Fed untuk meningkatkan likuiditas dolar telah mendorong mata uang lain seperti crown Norwegia, yang naik lebih lanjut pada Kamis (2/4), ke level tertinggi tiga minggu di 11,1820 terhadap euro. Terakhir diperdagangkan menguat dua persen pada 11,24.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement