EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebutkan bahwa jumlah pengangguran di berbagai negara berpotensi tumbuh hingga dua digit karena turunnya aktivitas industri manufaktur dan jasa akibat adanya pandemi Covid-19.
“Dilihat dari PMI (Prompt Manufacturing Index), baik di sektor manufaktur, jasa, dan dari sisi setiap negara menunjukkan penurunan maka pengangguran meningkat di berbagai negara,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita di Jakarta, Jumat (17/4).
Sri Mulyani menyatakan saat ini hampir semua negara telah menunjukkan peningkatan jumlah pengangguran hingga dua digit seperti Amerika Serikat (AS) yang telah mencapai 10,4 persen dari tahun sebelumnya hanya 3,7 persen.
“Bahkan ada yang mengestimasi lebih dari 15 persen hingga 20 persen, jadi ini adalah tingkat pengangguran terbesar kalau dilihat dari sejarah dunia seperti yang comparable dengan saat depresi ekonomi,” ujar Sri Mulyani.
Tak hanya AS, Uni Eropa juga diprediksikan mengalami peningkatan jumlah pengangguran yaitu mencapai 10,4 persen pada 2020 dan 8,9 persen pada 2021 dari sebelumnya 7,6 persen saat 2019. Kemudian Prancis diproyeksikan pada 2020 dan 2022 mengalami kenaikan jumlah pengangguran hingga 10,4 persen dari tahun sebelumnya yaitu 2019 sebesar 8,5 persen.
Selanjutnya jumlah pengangguran di Kanada diperkirakan meningkat 7,5 persen pada 2020 dan 7,2 persen pada 2021 dari tahun 2019 sebanyak 5,7 persen. Untuk Inggris pada 2019 terdapat 3,4 persen pengangguran dan diprediksikan meningkat hingga 4,8 persen pada 2020 serta 4,4 persen pada 2021.
Di Italia yang pada 2019 terdapat 10 persen jumlah pengangguran diperkirakan akan mengalami lonjakan cukup tajam pada 2020 yaitu mencapai 12,7 persen dan 10,5 persen pada 2021.
Sedangkan, untuk Jerman justru diproyeksikan mengalami penurunan terhadap jumlah pengangguran pada 2020 yaitu 0,9 persen dari sebelumnya pada 2019 3,2 persen. Namun, akan meningkat pada 2021 sebanyak 3,5 persen. Sementara di Asia seperti Jepang diperkirakan meningkat 3 persen, Korea 4,5 persen, Hong Kong 4,5 persen, dan Australia 7,6 persen.
Sri Mulyani menyatakan untuk Indonesia sampai saat ini telah ada lebih dari 1,5 juta pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) maupun dirumahkan akibat pandemi Covid-19. Dia menuturkan penurunan itu berbeda antarnegara karena ada yang penurunan PMI sangat tajam pada Maret 2020 dan ada yang baru mengalami penurunan mulai April.
"Ini tergantung level atau timing dari penyebaran Covid-19 dan berhubungan dengan kemampuan untuk memulihkan kembali kegiatan sosial ekonomi negara-negara tersebut," ujarnya.