REPUBLIKA.CO.ID JAKARTA -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyatakan, sejauh ini tidak ada investor yang membatalkan investasinya di Indonesia. Hanya saja diakuinya ada penundaan realisasi. "Jadi diulur waktunya. Misal proyek di Tanjung Jati, di Jawa Barat, seharusnya groundbreaking Maret tapi diundur jadi Mei akhir, karena Covid-19," ujar Bahlil kepada wartawan di dalam konferensi pers virtual pada Senin, (20/4).
Ia menegaskan, berbagai proyek investasi tetap jalan di lapangan. Beberapa proyek pun sudah mulai persiapan. "Saya pastikan tidak ada yang dibatalkan investasinya. Adanya dijadwal ulang," katanya.
Di tengah pandemi Covid-19 ini, memang tidak mudah menjaga iklim investasi di Tanah Air agar tetap positif. Hanya saja menurutnya, selalu ada peluang dalam setiap masalah. "Ini pekerjaan berat, tapi pengusaha selalu berfikir pertama bagaimana menjaga regulasi kita, omnibus law tetap harus dipacu supaya memberikan keyakinan ke investor kalau kita negara yang beriklim investasi positif," jelasnya.
Kedua, lanjut dia, BKPM berupaya memberikan pelayanan khusus kepada investor. "Jadi tidak hanya mereka yang butuh kita, tapi treatment khusus saling membutuhkan," ujar Bahlil.
BKPM mengumumkan, realisasi investasi pada kuartal pertama 2020 sebesar Rp 210,7 triliun. Jumlah tersebut naik 8 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya sebesar Rp 195,1 triliun.
Menurutnya kenaikan itu didorong investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang meningkat 29,3 persen. Sementara investasi Penanaman Modal Asing (PMA) menurun 9,2 persen. Dengan begitu, pada kuartal I 2020, realisasi investasi PMDN sebanyak Rp 112,7 triliun atau 53,5 persen dari total investasi. Sedangkan PMA sebesar 98 triliun atau 46,5 persen dari keseluruhan investasi.