EKBIS.CO, JAKARTA -- Pembangunan Gedung Penghubung Bandara Soekarno-Hatta akan menggunakan teknologi Building Information Modelling (BIM). Penggunaan teknologi ini diharapkan dapat meminimalisasi kesalahan pelaksanaan pekerjaan.
Project Manager Proyek Pembangunan Integrated Building Jusuf Sitorus mengatakan proyek ini menjadi salah satu pilot project dalam penggunaan teknologi BIM sebagai salah satu standar dalam pelaksanaannya.
"Harapannya, dengan penerapan teknologi ini, bangunan dapat berfungsi sebagaimana yang direncanakan di awal dan memberikan keamanaan serta kenyamanan ketika digunakan," ujar Jusuf dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id di Jakarta, Rabu (22/4).
Jusuf mengatakan, penggunaan metode BIM pada proyek ini dapat mensimulasikan seluruh pekerjaan dan membantu memberikan informasi ketidaksesuaian antara gambar struktur, arsitektur, landscape, MEEP guna meminimalisasi adanya kesalahan pelaksanaan pekerjaan dalam kegiatan pembangunan. Dengan begitu, hasil akhir konstruksi bisa sesuai dengan yang direncanakan di awal.
Selain penerapan BIM, lanjut Jusuf, proyek ini juga menerapkan PerformX dalam pelaksanaannya. PerformX merupakan metode yang diadaptasi dari 4DX atau the Four Disciplines of Execution yang berisi target pekerjaan disetiap minggu yang dirinci berdasarkan Target Progress per minggu, jenis pekerjan, petugas, dan volume target pekerjaan.
Ia berharap PerformX dapat menjadi alat memonitor dan mengevaluasi progres pekerjaan setiap minggu sehingga target pekerjaan per minggunya dapat terukur, baik secara waktu maupun jumlah pekerjaan. Selain itu, dapat dilakukan evaluasi terhadap setiap pekerjaan yang sudah dilakukan apakah sesuai dengan target, yang ditampilkan dengan sederhana melalui dashboard di proyek.
Executive Vice President (EVP) Divisi Gedung Hutama Karya Purnomo memerinci pembangunan gedung penghubung Bandara Soekarno-Hatta terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu Gedung Sayap Utara, Gedung Sayap Selatan, dan Jembatan Penghubung. Gedung memiliki tempat parkir kendaraan sebagai fasilitas penunjang yaitu sebanyak 155 kendaraan di Gedung Sayap Utara dan 30 kendaraan di Gedung Sayap Selatan.
Ia menyebut pelaksanaan di lapangan yang harus dikerjakan meliputi struktur, arsitektur, landscape, dan mechanical electrical electronic plumbing (MEEP). "Progres fisik pekerjaan saat ini di lapangan sudah dalam tahap pekerjaan struktur dan mulai masuk pekerjaan arsitektur dan MEEP," kata Purnomo.
Purnomo menjelaskan proyek pembangunan gedung penghubung Bandara Soekarno-Hatta telah dimulai sejak 25 Februari 2019 lalu. Setelah rampung, nantinya gedung bertingkat dua di sisi selatan dan bertingkat tiga di sisi utara dengan total luas bangunan 60 ribu meter persegi ini akan mewadahi berbagai moda transportasi yaitu Stasiun Kereta Bandara, Sky Train Bandara, kendaraan pribadi (mobil dan motor), taksi, bus, shuttle bus, dan moda angkutan antar kota (travel).
"Gedung ini juga akan menjadi titik temu antar moda transportasi baik yang masuk maupun keluar kawasan bandara dengan penggunaan sistem digital diseluruh pengoperasiaanya yang dipersiapkan untuk menyongsong Revolusi Industri 5.0," ucap Purnomo.