EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia mencatat tren perlambatan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia, terutama ULN swasta masih berlanjut. ULN swasta pada akhir kuartal I 2020 tumbuh 4,5 persen secara tahunan (year on year /yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal sebelumnya sebesar 6,6 persen (yoy).
"Perkembangan ini disebabkan kontraksi pertumbuhan ULN lembaga keuangan dan melambatnya pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan," demikian disampaikan Bank Indonesia, Jumat (15/5).
Pada akhir kuartal I 2020, ULN lembaga keuangan terkontraksi -2,3 persen (yoy), berbalik arah dari kuartal sebelumnya yang tumbuh 3,6 persen (yoy). ULN perusahaan bukan lembaga keuangan juga tumbuh melambat dari 7,6 persen (yoy) pada kuartal IV 2019 menjadi 6,7 persen (yoy) pada kuartal I 2020.
Beberapa sektor dengan pangsa ULN terbesar, yakni mencapai 77,7 persen dari total ULN swasta, adalah sektor jasa keuangan & asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas & udara dingin (LGA), sektor pertambangan & penggalian, dan sektor industri pengolahan.
Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir kuartal I 2020 sebesar 34,5 persen, turun dibandingkan dengan rasio pada kuartal sebelumnya sebesar 36,2 persen.
Di samping itu, struktur ULN Indonesia tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang dengan pangsa 88,4 persen dari total ULN. Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus meningkatkan koordinasi dalam memantau perkembangan ULN, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
"Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menyokong pembiayaan pembangunan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian," tulis Bank Indonesia.