EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyebut proksi aktivitas usaha syariah menurun pada kuartal I 2020. Deputi Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia Diana Yumanita menyebutkan aktivitas usaha syariah di Indonesia hanya tumbuh 1,25 persen, lebih rendah secara kuartalan dan tahunan.
"Aktivitas syariah pada kuartal I 2020 tumbuh 1,25 persen atau melambat dibandingkan kuartal IV 2019 yang sebesar 5,79 persen dan 4,67 persen secara tahunan," katanya dalam konferensi virtual ISPE Islamic Economics Indef, Senin (18/5).
Proksi ini dihitung berdasarkan empat sektor prioritas industri syariah atau halal value chain BI, yakni makanan halal, pariwisata ramah muslim, pertanian, dan fashion. Sektor makanan halal dan pariwisata ramah muslim tumbuh melambat. Sementara pertanian dan fashion tumbuh negatif.
Diana menjelaskan, BI mendorong penguatan halal value chain melalui lima sektor prioritas. Diantaranya, pertanian terintegrasi (peternakan, perkebunan, perikanan), makanan halal, fashion, pariwisata, energi baru dan terbarukan (EBT). Namun untuk perhitungan proksi di atas, BI hanya menghitung dari empat sektor, selain EBT yang datanya masih sedikit.
Sejak dua tahun lalu, BI dan Badan Pusat Statistik (BPS) mencoba mengidentifikasi Produk Domestik Bruto (PDB) yang terkait usaha syariah. Dari sekitar 125 produk dipilah porsi kue ekonomi syariah yang ternyata jumlahnya hampir 90 persen dari total PDB Indonesia.
"Pemilihannya sejauh ini baru yang masuk kategori non-haram, karena sulit kalau yang harus bersertifikasi halal, datanya belum nyambung dengan BPS," katanya.
Pada kuartal I 2020, survei kegiatan dunia usaha halal juga menurun dibanding kuartal sebelumnya. BI menghitungnya melalui indikator Saldo Bersih Tertimbang Kegiatan Usaha terkait industri halal. Nilai SBT kuartal I 2020 tercatat -1,85 persen, turun dari 6,8 persen pada kuartal IV 2019.
Penurunan kegiatan usaha telah terjadi di hampir semua sektor. Secara umum, kegiatan dunia usaha pada kuartal I 2020 tercatat menurun jadi sebesar 5,56 persen dibanding kuartal IV 2019 yang sebesar 7,79 persen.
Kegiatan usaha yang mengalami penurunan adalah industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, pertambangan, pengangkutan dan komunikasi, serta kontruksi. Ini semua disebabkan oleh pandemi Covid-19. Semakin lama dampaknya semakin masif di hampir semua sektor dunia usaha.