EKBIS.CO, TOKYO -- Bank Sentral Jepang (BoJ) pada menyatakan akan memberikan sekitar 30 triliun yen (sekitar 280 miliar dolar AS) kepada bank untuk membiayai usaha kecil dan menengah (UKM) melawan kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi virus corona (Covid-19).
Dilansir AP News, Sabtu (23/5), BoJ akan mulai memberikan dana kepada bank-bank pada Juni. Tawaran untuk pinjaman tanpa bunga dan tanpa jaminan datang setelah berbagai kebijakan sebelumnya yang telah diterbitkan bank. Seperti misalnya penyiapan dana 20 triliun yen (187 miliar dolar AS) untuk pembelian obligasi korporasi dan surat berharga. BoJ juga telah mengumumkan pembiayaan 25 triliun yen (234 miliar dolar AS) untuk utang swasta.
Negara ekonomi terbesar ketiga di dunia itu telah jatuh ke dalam resesi, melawan konsumsi yang stagnan, menyusutnya pariwisata dan menurunkan ekspor. Bank-bank sentral di seluruh dunia, termasuk Bank Sentral AS (The Federal Reserve), pun telah membuat langkah serupa. Dewan kebijakan Bank of Japan memutuskan dengan kebijakan yang sudah bulat untuk melanjutkan semua tindakan sampai Maret tahun depan.
Bank telah berusaha untuk mengirim pesan stabilitas keuangan dengan mengangkat batas atas pembelian obligasi pemerintah untuk menjaga kelancaran keuangan.
Dikatakan, bank akan terus memantau situasi Covid-19 dan melakukan tindakan tambahan, jika diperlukan. "Ada sedikit keraguan bahwa Bank Jepang akan mempertahankan sikap dovish yang tegas," kata Hayaki Narita dari Mizuho Bank.
Narita mengatakan, Jepang setidaknya telah menghadapi tiga kali lipat guncangan permintaan negatif, yakni penundaan Olimpiade Tokyo 2020 hingga tahun depan akibat wabah, kenaikan pajak baru-baru ini, serta ketegangan perdagangan antara AS dan China, yang merupakan mitra dagang utama Jepang.
Suku bunga jangka panjang Jepang pun sudah nol persen. Suku bunga jangka pendek negatif 0,1 persen. Keadaan darurat yang meminta orang tinggal di rumah dan bekerja dari jarak jauh telah dicabut di sebagian besar negara, meskipun tetap ada di Tokyo.
Belasan kebangkrutan perusahaan telah dilaporkan sebagai akibat wabah Covid-19. Tetapi tingkat pengangguran, meskipun sedikit meningkat, belum melonjak sejauh ini, tidak seperti AS dan beberapa negara lain.
Jepang telah lama menderita kekurangan tenaga kerja. Perusahaan-perusahaan besar Jepang cenderung menawarkan "pekerjaan seumur hidup" pada prinsipnya dan tidak menggunakan PHK. Tetapi analis mengatakan masa-masa sulit ada di depan bagi Jepang.