Warta Ekonomi.co.id, Bogor
Kondisi 'Normal Baru/The New Normal' akan memicu perubahan, termasuk dari segi perilaku masyarakat dalam berbagai kegiatan. Hal itu bahkan telah terjadi sejak kebijakan karantina wilayah berlaku di berbagai belahan dunia.
Profesor Universitas Teknologi Nanyang Singapura, Yohanes Eko Riyanto menyebut, perubahan perilaku pasca-COVID-19 akan melahirkan tatanan ekosistem baru yang terhubung dengan perangkat digital serta internet.
"Perubahan perilaku pengguna ponsel, lapotp, dan segalanya yang konsumsinya berbasis di media sosial," jelasnya dalam diskusi daring tentang The New Normal di Youtube bulan lalu, dikutip Rabu (27/5/2020).
Baca Juga: Pak Jokowi, Kalau Mau Terapkan New Normal Copot 11 Menteri Ini, Edan! Ada Nama...
Baca Juga: Palang Merah Internasional: Tolong Hentikan Peretasan Data Soal Corona, Berbahaya Bagi Nyawa!!
Menurut Yohanes, perubahan itu bersifat masif sehingga akan mengubah perilaku masyarakat sebagai konsumen; seperti yang tertera dalam buku The Power of Habbit karya Charles Duhigg. Ia menambahkan, "karena otak terstimulasi, nanti akan secara otomatis mengikuti perubahan tersebut."
Pertanyaannya, di sektor apa saja perubahan itu akan terjadi? Berikut ini rincian perubahan perilaku konsumen akibat corona, sebagai gambaran kondisi normal baru yang akan datang:
Membeli Bahan Masakan Secara Daring
Memang, belanja daring telah menjadi salah satu kegiatan para pengguna internet Indonesia. Namun, di tengah pandemi, tren belanja di situs daring ataupun media sosial semakin meningkat.
Sebagai bukti, Tokopedia sebagai toko daring mencatatkan penjualan 60 ton jahe hanya pada Maret lalu. Permintaan terhadap daging sapi, sembako, dan kurma pun meningkat.
Sementara itu, firma konsultan pemasaran MarkPlus Inc menyebut, pembelian bahan dasar seperti daging, buah, dan sayur meningkat hingga 11,3% di masa pandemi. Artinya, konsumen tak cuma membeli makanan matang saja, tapi juga bahan mentah untuk masak.
Industri Pesan-Antar Makanan Sedikit Terdampak
Sebagian masyarakat lebih memilih masak sendiri daripada memesan makanan karena berada di rumah saja. Imbasnya, terjadi penurunan unduhan dan penggunaan aplikasi ponsel pintar, tepatnya di Eropa. Aktivitas di aplikasi turun 90%, berdasarkan data SimiliarWeb.
Bahkan di Prancis, Spanyol, dan Inggris, Just Eat dan UberEats mencatatkan penurunan rata-rata pengguna harian di kisaran 2%-23% pada Maret daripada Januari dan Februari. Itu juga terjadi karena tutupnya sejumlah mitra penjual makanan di aplikasi.
Corona juga memukul bisnis dapur awan milik Swiggy di India, layanan yang mirip dengan Gobiz dan Grabkitchen; karena mitra penjualnya menutup operasi di tengah pandemi. Pesanan makanan daring di sana pun anjlok 70%.
Namun, peningkatan pesanan makanan daring justru meningkat di Inggris, menurut data Deloveroo. Grabfood dan Gofood pun mengklaim terjadi peningkatan pesanan pada Maret lalu, walau hanya sekitar 10%.
Perubahan Pola Kerja
Managing Partner Inventure, Yuswohady menyebut, ada perubahan pola jam kerja karena wabah corona; dari jam kerja 9-to-5 menjadi 3-to-2 yang berarti 3 hari bekerja di kantor dan 2 hari di rumah dalam satu pekan. Belum lagi, berubahnya pola jam kerja para karyawan yang bekerja dari rumah (work from home).
Bahkan, sejumlah aplikasi konferensi video pun mencatatkan lonjakan pengguna karena para pekerja banyak melakukan diskusi/rapat secara daring. Sebagai gambaran, 71% mengunduh aplikasi baru selama masa pandemi.
Konser Virtual
Berbagai konser batal akibat pandemi COVID-19, membuat industri itu mengalami pukulan telak. Untuk mengatasinya, berbagai penyelenggara mulai menerapkan konser virtual melalui siaran langsung (streaming) dengan tiket berbayar ataupun gratis.
Perusahaan manajemen idola asal Korea Selatan, SM Entertainment telah menggelar konser virtual sebanyak 5 kali sejak awal Mei, menggunakan teknologi augmented reality dari BEYOND Live guna meningkatkan pengalaman konser. Asal tahu saja, harga tiket streaming konser virtual SM Ent-Beyond LIVE mencapai Rp400 ribu.
Layanan Telemedis Mulai Dilirik Konsumen
Dua aplikasi 'dokter daring' Indonesia, Alodokter dan Halodoc mencatatkan lonjakan kunjungan sejak pandemi melanda; bahkan sejumlah pasien memilih melakukan konsultasi lewat aplikasi serupa.
Menurut Alodokter, ada dua juta kunjungan ke artikel corona, hingga itu tampil di laman terdepan Google. Pencarian tentang corona pun melonjak hingga 600% di Halodoc.
Alodokter juta mengklaim peningkatan jumlah unduhan aplikasi serta interaksi pengguna, khususnya dalam fitur konsultasi daring. Bahkan platform Halodoc telah menyiapkan lebih dari 22 ribu dokter di ekosistemnya sebagai bentuk kesiagaan terhadap lonjakan kunjungan.
Sekolah dan Kuliah dari Rumah
Sektor pendidikan jadi yang paling terdampak oleh corona; memaksa para murid dan mahasiswa belajar dari rumah, walau tak semuanya punya akses ke internet. Sejumlah guru di daerah terpencil harus mengunjungi muridnya satu persatu, sedangkan universitas mencoba mendukung mahasiswa dengan memberikan paket data ataupun pulsa--walau tak seberapa.
Yang jelas, kehadiran platform pendidikan daring dapat menjadi salah satu solusi di tengah berubahnya sistem belajar Tanah Air; bagi murid dan mahasiswa yang punya akses internet. Buktinya, berbagai platform pun berlomba-lomba menggratiskan layanannya, seperti Ruangguru dan Zenius.