Ahad 18 Dec 2022 18:55 WIB

Era Unicorn Sudah Habis, Muncul Dragon: Mahluk Apa Lagi Itu?

CEO dan Co-Founder CIAS Indrawan Nugroho dalam sebuah video berjudul Akhir dari Unicorns. Awal dari Dragons. Belajar dari GoTo.

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Logo GoTo (Sufri Yuliardi)
Logo GoTo (Sufri Yuliardi)

CEO dan Co-Founder CIAS Indrawan Nugroho dalam sebuah video berjudul Akhir dari Unicorns. Awal dari Dragons. Belajar dari GoTo. yang diunggah di akun YouTube-nya pada 15 Desember lalu menyebutkan bahwa di tengah situasi ekonomi saat ini, semua perusahaan rintisan, termasuk yang sudah berstatus sebagai unicorn kini didesak untuk bertransformasi menjadi dragon. Yaitu untuk menjadi perusahaan yang memiliki fundamental bisnis yang kuat dan finansial yang sehat. Meski tentu langkah yang harus ditempuh tidaklah mudah.

Sehingga wajar, bagi perusahaan saat ini didorong untuk mengejar profitabilitas. Indrawan mengatakan dalam hal ini, rumus profitabilitas sangat sederhana, dengan pendapatan yang dikurangi pengeluaran, maka jika perusahaan ingin mendapatkan profit, hanya ada dua cara yang bisa dilakukan. Yaitu dengan meningkatkan pendapatan dan mengurangi pengeluaran.

Baca Juga: Ngotot Mau Jadi Next Jokowi, Prabowo dan Cak Imin Dinilai Tak Serasi: Mereka Berpeluang Bubar...

Terkait dengan hal ini, memberikan penjelasan jalan bagi perusahaan untuk menjadi dragon, Indrawan menelisik langkah yang diterapkan GoTo dalam mengejar profit. Seperti halnya perusahaan teknologi digital berstatus unicorn lainnya, GoTo didesak oleh keadaan untuk berbenah. Mereka tidak boleh bergantung terus kepada investor, dengan kata lain GoTo perlu mandiri secara finansial dan mencapai profitabilitasnya.

"Singkatnya, GoTo harus bertransformasi menjadi dragon. Karena keberlangsungan bisnis GoTo memang harus dipertahankan. Saat ini layanan GoTo sudah menjadi bagian yang melekat dari konsumen Indonesia. Banyak yang kehidupannya bergantung pada ekosistem GoTo. Layanannya sudah mencakup 2/3 pengeluaran rumah tangga. Di pihak lain, bisnis GoTo telah menjadi mata pencaharian bagi jutaan orang. Mereka adalah mitra driver, merchant, karyawan, dan juga supplier," tutur Indrawan seperti dikutip dalam video pada Minggu (18/12/2022).

Dengan menganalisis tiga langkah yang diterapkan GoTo untuk meningkatkan pendapatannya, Indrawan menemukan tiga hal utama. Pertama, GoTo meluncurkan produk-produk hasil sinergi Gojek dengan Tokopedia. Di Tokopedia misalnya, GoTo menghadirkan layanan GoPay untuk membantu memudahkan konsumen dan juga mitra. Hasilnya signifikan. Pelanggan Tokopedia berbelanja dua kali lipat lebih banyak. Itu juga membantu tingkat penetrasi pengguna GoPay mencapai titik tertinggi pada dua kuartal terakhir.

Tokopedia juga kini telah menghadirkan layanan GoFood di platform-nya yang tentu akan menambah jumlah pengguna layanan GoFood. Analis Samuel Sekuritas Indonesia Muhammad Farras Farhan menilai bahwa strategi GoFood yang hadir di Tokopedia selaras dengan strategi cross-pollination, yang merupakan sinergi antara platform yang ditetapkan GoTo. Farras mengatakan dengan sinergi itu maka aktivitas transaksinya semakin meningkat. Sesuai hasil risetnya, Farras juga meyakini bahwa pada tahun 2022 ini, potensi pertumbuhan Gross Transaction Value (GTV) GoTo akan mencapai Rp710 triliun. Jauh lebih tinggi daripada realisasi di tahun sebelumnya yang hanya Rp461 triliun.

"Berikutnya GoTo juga meluncurkan GoPay coins, ini adalah reward bagi para pelanggan yang bertransaksi di ekosistem GoTo. Insentif ini telah mendorong akuisisi pelanggan lintas platform lebih tinggi 2,3 kali lipat dibandingkan insentif lainnya. Beban akuisisi pelanggan juga lebih hemat mencapai 20% lebih hemat dibandingkan dengan insentif pada satu platform saja. Kemudian diluncurkan pula GoTo Plus, ini adalah program langganan GoTo. Hasilnya transaksi dan frekuensi belanja pelanggan terdongkrak naik sampai lima kali lebih tinggi dibandingkan pelanggan reguler," ujar Indrawan.

Tiga langkah GoTo tersebut merupakan bagian dari upaya meningkatkan pendapatan dengan melakukan inovasi kolaborasi, yang merupakan langkah pertama yang harus ditempuh oleh perusahaan yang ingin menjadi dragon. Lalu upaya atau jalan kedua yang bisa ditempuh oleh perusahaan untuk menjadi dragon adalah dengan melakukan upaya yang didasari pendekatan hyperlocal.

"GoTo melakukan pendekatan hyperlocal, caranya adalah dengan menghadirkan layanan gudang pintar Dilayani Tokopedia. Sebuah layanan untuk memenuhi pesanan melalui fasilitas gudang yang tersebar di berbagai daerah. Dengan cara itu, mitra bisa memperluas jangkauan bisnisnya dengan lebih mudah. Gudang Dilayani Tokopedia saat ini sudah ada di Jakarta, Bandung, Surabaya, Makasar, Palembang, dan Medan," terang Indrawan.

Tidak hanya itu, GoTo juga meningkatkan layanan fintech-nya. Dalam hal ini, mereka menyajikan gopaylater dan gopaylater cicil di Tokopedia. Ini adalah layanan pembiayaan bagi para konsumen, merchant, atau mitra usaha dalam ekosistem GoTo. Fasilitas cicilan ini pun diyakini dapat menstimulasi daya beli konsumen. Dengan begitu selain transaksi akan meningkat, loyalitas pelanggan juga akan terikat yang pada akhirnya pendapatan GoTo bisa melesat.

Selain meningkatkan pemasukan, GoTo juga turut mengambil langkah untuk mengurangi pengeluarannya. Hal ini ditempuh GoTo dengan melakukan efisiensi biaya yang di antaranya mencakup travel freeze, hiring freeze, dan memangkas biaya marketing. Sepanjang tahun berjalan, GoTo telah melakukan penghematan sebesar Rp269 miliar. Termasuk penghematan Rp144 miliar rupiah biaya operasional. Kemudian GoTo merestrukturisasi organisasinya dan sebagai konsekuensinya jumlah karyawan dikurangi. Itu adalah upaya terakhir dalam pemangkasan biaya.

"Kemudian apa hasil yang bisa diperoleh GoTo atas semua langkah itu, ternyata sejak go public bulan April lalu, GoTo konsisten menunjukkan perbaikan di GTV, revenue, dan EBIT. GoTo juga masih on track untuk mencapai target contribution margin group break event pada kuartal satu tahun 2024," pungkas Indrawan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement