EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk mengubah nama PT Bank Royal Indonesia menjadi Bank Digital BCA. Adapun pra peluncuran atau soft opening bank digital akan dilakukan pada semester dua tahun ini.
Direktur Keuangan BCA Vera Eva Lim mengatakan, soft opening dilakukan untuk melakukan percobaaan internal dengan menyesuaikan sejumlah aplikasi sebelum dirilis ke masyarakat umum. “Sejauh ini, kami rencana semester kedua 2020, bulan berapa kita tunggu tanggal mainnya,” ujarnya kepada wartawan Selasa (27/5) malam.
Sebagai bagian dari Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) IV, anak usaha BCA dimungkinkan untuk tidak memenuhi modal inti sebesar Rp 3 triliun. Hal itu disebabkan anak usaha akan memiliki menajemen risiko yang lebih terintegrasi dan dilihat langsung ke induk perusahaan.
“Sementara itu, kami melihat karena suntikan modal baru dilakukan ke Bank Digital BCA dan Bank BCA Syariah, kami pikir cukup tahun ini,” katanya.
Pada tahun lalu perusahaan telah melakukan penyuntikan modal ke dua anak usaha yakni Bank BCA Syariah sebesar Rp 1 triliun untuk memperkuat lini bisnis. Perseroan juga menyutikkan dana kepada Bank Royal yang saat ini telah memiliki modal Rp 1,3 triliun.
BCA merampungkan akuisisi Bank Royal pada November 2019. BCA akan menguasai 99,99 persen saham Bank Royal dan sisanya BCA Finance. Saat ini modal intinya masih Rp 319,7 miliar.
Kemudian berselang satu bulan, BCA mengumumkan akuisisi 100 persen saham Rabobank Indonesia senilai Rp 397 miliar pada Desember 2019. Maka saat ini sudah ada tiga bank di bawah BCA termasuk BCA Syariah.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menambahkan, perusahaan telah melakukan akuisisi dua bank yakni Bank Royal dan Rabobank. Kedua proses akuisisi bank tersebut dinilai cukup berat. “Hingga saat ini akuisisi Rabobank masih berproses,” ucapnya.
Menurutnya, perusahaan belum akan melakukan akuisisi baru tahun ini. Hal ini dikarenakan perusahaan akan membagikan dividen saham menjadi cukup besar yakni dengan dividen payout ratio (DPR) sekitar 48 persen.
“Jumlah ini dinilai cukup besar mengingat ada bank yang bahkan tidak mampu membagikan dividen ke pemegang saham,” ucapnya.
Meskipun demikian, pihaknya mengakui DPR BCA tidak sebesar Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yang membagikan dengan porsi di atas 50 persen. “Ternyata yang kita terapkan tidak sebesar pekiraan, ada kelebihan permodalan dan kita salurkan ke pemegang saham,” ucapnya.