EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyambut baik laporan ekonomi dan keuangan syariah Bank Indonesia 2019 mengenai potensi ekspor seafood menjadi komoditas ekspor makanan nonharam unggulan dari Indonesia.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PSDPKP) KKP Nilanto Perbowo mengatakan dalam Alquran surat Al-Maidah ayat 96 disebutkan ikan merupakan makanan yang halal dan bermanfaat bagi yang mengkonsumsinya.
Nilanto memaparkan berdasarkan beberapa penelitian terkait kandungan dan manfaat mengkonsumsi ikan, mulai dari mengandung nilai gizi tinggi: protein, iodine, vitamin D, mineral dan asam lemak Omega 3 dan 6, mengurangi risiko serangan jantung dan stroke, membantu perkembangan otak dan mata, nencegah penurunan fungsi otak di usia tua dan penyakit degeneratif otak (Alzheimer), mencegah depresi atau mental disorder, dan mencegah asma pada anak-anak.
"Dengan kandungan gizi yang lengkap, ikan memiliki peran penting bagi ibu hamil, seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK), perkembangan otak anak-anak dibawah usia dua tahun (Baduta), usia remaja serta lanjut usia," ujar Nilanto saat dihubungi //Republika// di Jakarta, Kamis (28/5).
Dengan begitu, konsumsi ikan dinilai berkontribusi pada program peningkatan gizi masyarakat dalam rangka penanganan stunting dan pembentukan kualitas sumber daya manusia yang produktif dan berdaya saing. KKP, kata Nilanto, telah melaksanakan sejumlah program guna meningkatkan konsumsi ikan melalui program Gemarikan, Promosi dan Edukasi, Pemasaran Daring, Mitra Gemarikan, hingga Forikan.
Tak hanya untuk kebutuhan dalam negeri, produk ikan Indonesia juga memiliki potensi besar untuk pasar internasional. Nilanto menyampaikan KKP terus mendorong peningkatan ekspor ikan melalui partisipasi pameran internasional dan branding produk (di pasar tradisional dan nontradisional); diplomasi penanganan hambatan tarif dan nontarif; pemenuhan persyaratan ekspor negara tujuan; serta kerja sama market intelligence.
"Data ekspor April 2020, semuanya positif dan naik dibandingkan April 2019. Impor mengalami penurunan, bagus berarti. Lima komoditas utama ekspor produk perikanan Indonesia adalah Udang, Tuna-Cakalang, Cumi-Sotong-Gurita, Rajungan-Kepiting, dan Rumput Laut," ucap Nilanto.
Nilanto memerinci nilai ekspor pada periode Januari hingga April 2020 tercatat sebesar 1,68 miliar dolar AS atau naik 10,29 persen dibandingkan periode Januari-April 2019. Sementara nilai impor pada periode yang sama tercatat 0,14 miliar dolar AS atau turun 1,24 persen. Dengan begitu, neraca perdagangan tercatat surplus 1,54 miliar dolar AS atau naik 11,49 persen.
Nilanto memerinci kinerja ekspor lima komoditas utama pada periode Januari-April 2020 meliputi udang sebesar 648,72 juta dolar AS atau 38,67 persen terhadap total; Tuna-Cakalang sebesar 242,56 juta atau 14,46 persen terhadap total; Cumi-Sotong-Gurita sebesar 164,93 juta dolar AS atau 9,83 persen terhadap total; Rajungan-Kepiting sebesar 128,20 juta dolar AS atau 7,64 persen terhadap total; dan Rumput Laut sebesar 84,72 juta dolar AS atau 5,05 persen terhadap total.
Nilanto menyampaikan negara tujuan ekspor bervariasi tergantung jenis komoditas. Untuk periode Januari hingga April 2020, ekspor udang terbesar dikirim ke Amerika Serikat sebesar 68,43 persen dan Jepang sebesar 16,06. Untuk Tuna-Cakalang juga dipegang AS dengan 31,78 persen disusul, Jepang sebanyak 18,53 persen, 17,03 persen sisanya dari Asean. AS juga menempati posisi teratas untuk ekspor Rajungan-Kepiting sebanyak 79,23 persen dan Jepang sebanyak 5,33 persen. Sementara ekspor Cumi-Sotong-Gurita tertinggi berada di Cina dengan 41,35 persen, Asean sebanyak 23,64 persen, dan Uni Eropa dengan 11,16 persen. Cina juga menjadi negara tertinggi untuk ekspor rumput laut Indonesia dengan 62,64 persen dan 13,73 persen sisanya ke Uni Eropa.
Kata Nilanto, pada masa pandemi Covid-19, kenaikan ekspor terjadi di pasar retail. Ia menyebut beberapa negara produsen banyak yang tidak dapat memenuhi permintaan negara tujuan ekspor karena adanya kebijakan lockdown dan banyak yang tidak melakukan produksi.
"Peluang ini dimanfaatkan oleh Indonesia untuk mengisi pasar-pasar tersebut," kata Nilanto.
Nilanto menyampaikan penurunan ekspor terjadi untuk tujuan food service seperti restoran, hotel, dan catering berupa ikan hidup, serta ekspor non-edible seperti ikan hias.
Meski memiliki potensi besar, lanjut Nilanto, ekspor produk seafood juga memiliki tantangan berupa besaran tarif bea masuk beberapa produk unggulan di negara tujuan, seperti produk olahan Tuna di pasar Uni Eropa dan Jepang (Tarif Barier). Selain itu, tantangan lain ialah dengan semakin ketatnya persyaratan (standar) produk ekspor negara tujuan (nontarif barier).