Sabtu 30 May 2020 00:12 WIB

Jumlah Pesanan Pesawat Habibie Sudah 130 Unit

Pesawat R80 diklaim cocok untuk wilayah kepulauan seperti di Indonesia.

Rep: Agus Raharjo/ Red: Agus Yulianto
Pesawat R80 Rancangan BJ Habibie
Foto: Infografis Republika.co.id
Pesawat R80 Rancangan BJ Habibie

EKBIS.CO, JAKARTA -- Perusahaan pesawat R80 mengaku belum mengetahui alasan dibalik pencabutan proyek pesawat yang dirancang BJ Habibie dari Proyek Strategis Nasional (PSN). CEO PT Regio Aviasi Industri (RAI) Agung Nugroho menuturkan, belum bisa berkomentar banyak soal tergesernya proyek pesawat jarak sedang ini.

“Saya nggak bisa kasih statemen sekarang. Kita pelajari main reason-nya pemerintah dan Kemenko Perekonomian mencabut status ini,” tutur Agung Nugroho kepada Republika, Jumat (29/5).

Agung menambahkan, padahal, saat ini proyek pesawat generasi terakhir dari regional turboprop ini dalam proses mendapatkan investor dari luar negeri. “R80 sedang dalam progres mendapatkan investor LN (luar negeri),” ujar Agung.

Republika sempat berbincang dengan Agung akhir 2017 lalu terkait perkembangan proyek yang menjadi harapan BJ Habibie ini. Saat itu, berdasarkan catatan RAI, prospek pesawat ini cukup menggembirakan. Sudah ada 155 pesawat R80 yang dipesan.

Ada empat perusahaan yang sudah memesannya meskipun R80 belum resmi diproduksi. Perusahaan pemesan R80 antara lain, NAM Air sebanyak 100 unit, Kalstar 25 unit, Trigana memesan 20 pesawat, dan Aviastar 10 pesawat.

Namun, saat ini jumlah pesanan R80 berkurang menjadi 130 pesawat karena satu perusahaan tak lagi beroperasi. “Kalstar tidak beroperasi lagi, jadi sementara ini angkanya adalah 130 pesawat,” kata Agung.

Menurut Agung, pesawat R80 merupakan pesawat regional turbopop dengan kapasitas terbesar. R80 mampu memuat 80 hingga 90 penumpang di saat pesawat regional turbopop lainnya hanya mampu mengangkut 72 penumpang. Fungsi R80 sangat cocok untuk kondisi di Indonesia sebagai negara maritim. Pengembangan pesawat ini sebenarnya diproyeksikan dapat menjadi pengumpan pesawat jarak jauh.

“Jadi sama kelas dari regional turboprop, yang dirancang untuk penerbangan jarak dekat. Jadi kita buat 800 mil jarak tempuhnya, dia bisa bolak-balik tanpa isi ulang bahan bakar,” tutur Agung saat itu. Artinya, jenis pesawat ini sangat cocok untuk negara kepulauan seperti di Indonesia.

Namun, pada Jumat (29/5), berdasarkan hasil rapat terbatas pemerintah yang dipimpin langsung Presiden Joko Widodo, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengumumkan, bahwa dua proyek pengembangan pesawat, R80 dan N245 digeser dari Proyek Strategis Nasional. Kedua proyek yang menjadi impian Presiden ketiga RI BJ Habibie ini diganti dengan tiga proyek drone atau pesawat tanpa awak.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement