EKBIS.CO, JAKARTA -- Lembaga kajian ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) optimistis peluang bagi Indonesia untuk menumbuhkan kembali perekonomian cukup terbuka. Peneliti Indef Media Wahyudi Askar dalam diskusi daring di Jakarta, Selasa (2/6), mengatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mendorong ekonomi nasional kembali tumbuh yakni fokus pemerintah terhadap masyarakat rentan yakni masyarakat kelas menengah ke bawah dan pekerja sektor informal.
"Namun, jika lebih mementingkan pengusaha, mungkin juga bisa cepat pemulihan ekonomi tapi ketimpangan sosial bisa menjadi lebih besar," ucapnya.
Di sisi lain, ia mengatakan, kebijakan pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diharapkan tidak menimbulkan ketidakpastian di masyarakat. Karena hal itu dapat merugikan pelaku usaha yang akhirnya sulit memetakan arah bisnis, terutama pelaku usaha skala mikro.
Menurut dia, program dukungan bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) cukup banyak mulai dari relaksasi perbankan hingga bantuan non tunai. "Ada harapan bagi UMKM untuk survive," ucapnya.
PSBB, menurut Media Wahyudi Askar, merupakan fondasi bagi Indonesia untuk memulihkan perekonomian. Namun, Indonesia hanya memiliki waktu yang singkat dalam penerapan PSBB.
"Kita hanya punya waktu emas sangat singkat. PSBB bagi negara maju memiliki waktu lebih panjang karena ada dana yang cukup untuk masyarakatnya, sementara bagi negara berkembang seperti Indonesia waktunya lebih pendek, mungkin hanya tiga bulan," katanya.
Maka itu, ia berharap, pemerintah tegas memperkuat aturan selama masa PSBB.
Dalam kesempatan sama, peneliti Indef Muhammad Zulfikar Rakhmat mengatakan apabila kasus Covid-19 di Indonesia tidak memuncak di kuartal kedua, potensi ekonomi kembali tumbuh cukup terbuka lebar. "Namun, jika pemerintah membuat kebijakan yang bisa membuat angka kasus meningkat, bisa jadi pemulihan semakin sulit," katanya.