Warta Ekonomi.co.id, Jakarta
ByteDance, pemilik aplikasi video pendek global TikTok, telah mematikan agregator berita berbasis kecerdasan buatan miliknya, TopBuzz, salah satu produk paling awal perusahaan yang ditujukan untuk panggung global.
"Kami bangga dengan pekerjaan yang kami capai dengan TopBuzz, tetapi (kami) telah menentukan bahwa area bisnis lainnya harus menjadi prioritas kami di masa mendatang," kata ByteDance dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke Reuters, Jumat (5/6/2020).
Baca Juga: Jadi Startup Paling Berharga di Dunia, Segini Pemasukan Induk TikTok
Penutupan TopBuzz menggarisbawahi bagaimana langkah ByteDance ke pasar internasional belum sepenuhnya lancar terlepas dari kesuksesan TikTok.
Diluncurkan pada tahun 2015, TopBuzz adalah salah satu kesuksesan pertama ByteDance. Aplikasi ini merekomendasikan artikel berita yang dipersonalisasi untuk pengguna dengan minat berbeda berdasarkan algoritme yang digerakkan AI. Namun, TopBuzz tidak sepopuler aplikasi TikTok selanjutnya.
Unduhan TopBuzz turun menjadi 1,2 juta di paruh pertama 2019 dari 7 juta di seluruh 2018 di App Store dan Google Play digabungkan, menurut peneliti Sensor Tower. TikTok memiliki 345,2 juta unduhan pada paruh pertama 2019.
TopBuzz mulai menyusutkan operasinya tahun lalu, menurut dua sumber yang akrab dengan masalah ini. Aplikasi sebelumnya beroperasi dalam berbagai bahasa termasuk Spanyol dan Portugis, salah satu sumber mengatakan. Namun, sekarang situs webnya hanya menampilkan versi bahasa Inggris dan Jepang.
ByteDance saat ini sedang dalam penyelidikan keamanan nasional AS atas penanganan data pengguna TikTok dan juga menghadapi pengawasan ketat dari regulator di seluruh dunia.