EKBIS.CO, BANDUNG -- Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Bandung mencatat adanya peningkatan fasilitasi ekspor untuk komoditas teh asal Provinsi Jawa Barat (Jabar) di sepanjang masa pandemi dengan tujuan berbagai negara.
Berdasarkan data lQFAST, sepanjang Januari hingga Mei 2020 sebanyak 1,2 ribu ton teh Jabar dengan nilai ekonomi Rp 49,5 miliar telah diekspor ke berbagai negara. Hal ini setara dengan peningkatan sebesar 61,4 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang hanya mencapai 737,8 ton atau senilai Rp 29,5 miliar. Adapun jumlah Teh yang akan dilepas ekspor hari ini sebesar 49,6 ton atau senilai Rp 1,16 miliar ke negara Uni Emirat Arab.
"Permintaan fasilitasi ekspor komoditas unggulan Jabar ini trennya meningkat walaupun di tengah kondisi terbatas akibat pandemi. Harapannya dikondisi 'new normal' ini , bisa semakin cerah," kata Iyus Hidayat, Kepala Karantina Pertanian Bandung melalui keterangan tertulisnya, Selasa (9/6).
Menurut Iyus, saat ini pihaknya mencatat lima negara yang menjadi langganan teh dari wilayah kerjanya. Yakni Uni Emirat Arab, Pakistan, China, Malaysia dan Rusia.
Selaku otoritas karantina yang berperan dalam memfasilitasi pertanian diperdagangan internasional, yakni pihaknya melakukan serangkaian tindakan. Tidak hanya memastikan kesesuaian dokumen maupun kesesuaian jenis dan volume media pembawa, namun juga memastikan bahwa komoditas ekspor ini telah memenuhi persyaratan teknis dan protokol impor dari masing-masing negara tujuan, tambahnya.
Dorong Pertumbuhan Baru
Secara terpisah, Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil menyampaikan jajaranya merupakan salah satu layanan publik yang tetap beroperasi."Ini instruksi pak Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo,red), untuk tetap bekerja, berproduksi dan melayani. Karantina mengawal kelancaran lalu lintas baik ekspor impor dan antar area. Termasuk yang paling penting adalah menjamin kesehatan dan keamanan produk pertanian. Semua harus aman, sehat dan lancar," ungkap Jamil.
Selain itu, pihaknya juga mendorong adanya ragam komoditas ekspor baru atau emerging product dengan meningkatkan sinergisitas antar pemangku kepentingan baik pusat dan daerah serta pelaku usaha.
"Bimbingan teknis bagi pelaku usaha agar komoditas ekspor diterima di negara tujuan kami siapkan. Kami juga membuka klinik ekspor ditiap unit kerja untuk mendorong tumbuhnya pelaku ekspor pertanian muda," tutur Jamil.